Intisari-Online.com - Anak-anak di Negara Arab rupanya menjadi korban dari konflik yang terjadi di sana selama masa-masa 'Arab Spring', terjadi setidaknya antara 2010-2012.
Terhimpir di antara negara-negara yang berkonflik, mereka terpaksa menjadi bagian dari pasukan militer.
Melansir express.co.uk (28/3/2021), dikatakan warisan nyata 'Arab Spring' adalah peningkatan 'dramatis' tentara anak-anak, menurut International United Nations Watch.
Kelompok kampanye yang berbasis di London itu memperingatkan bahwa milisi di Libya, Suriah, Irak dan Yaman telah memasukkan anak-anak ke dalam barisan mereka dan bahwa undang-undang yang dirancang untuk melindungi mereka telah gagal.
Baca Juga: Militer Paling Lemah di Dunia, Ini Fakta-fakta Gabon, Negara yang Kaya Minyak dan Sumber Daya Alam
Hal tersebut mendorong pembentukan badan reparasi internasional yang dapat meminta pertanggungjawaban mereka yang bersalah atas pelatihan dan penggunaan tentara anak-anak.
Laporan terbarunya menuduh negara bagian lain merekrut dan mengangkut anak-anak atas nama sekutu dan menyediakan senjata.
Itu mengutip kisah tentang bagaimana anak-anak dibawa dari Sudan untuk berperang di Yaman.
Laporan itu juga mengklaim bahwa anak-anak yang diculik oleh Isil di Irak dipindahkan ke Suriah dan kemudian dijual ke kelompok bersenjata.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR