Intisari-Online.com - Jika mendengar nama ISIS, apa yang muncul dibenak Anda?
Mungkin sebagian besar takut mendengar nama ISIS.
Ini karena ISIS merupakan kelompok militan yang terkenal sering menyebar terorisme di seluruh dunia.
ISIS juga tak segan-segan melakukan aksi yang membuat dunia tercengang dan ketakutan.
Sehingga, ada banyak negara yang berlomba untuk memusnahkan ISIS.
Sayangnya, ISIS terlalu licin untuk dimusnahkan. Ketika pemimpinnya tewas, maka akan muncul pemimpin baru.
Namun semenjak pandemi virus corona (Covid-19) yang menyerang dunia, keberadaan ISIS bak hilang ditelan Bumi.
Kelompok militan ini jarang muncul di depan publik.
Namun jika Anda menganggap menghilangnya ISIS sebagai tanda baik, maka sebaiknya hentikan pikiran itu.
Justru sikap ISIS makin menakutkan. Kok bisa?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (19/3/2021), ISis diketahui telah mencoba merekurt anggota barusecara online.
Tujuannya untuk meningkatkan jumlahnya dan menimbulkan ancaman baru bagi agen mata-mata di seluruh dunia.
Intelijen keamanan Australia Mike Burgess mengatakan pandemi telah memungkinkan kelompok teroris ini merekrut lebih banyak pembunuh potensial.
Dengan banyak negara atau wilayah yang melakukan lockdown, ISIS telahberhasil merekrut lebih banyakanggota baru karena adanya jarak sosial.
Burgess mengatakan lebih banyak waktudi dalam ruangan, telah memungkinkan lebih banyakoranguntuk mengikuti jalur radikalisasi.
Dia juga mengklaim beberapaanggota ISIS di negara itu menggunakan pandemi untuk mengeksploitasi warga Australia.
"Mereka menyebarkan ujaran kebencian."
"Kelompok miliatanyang ekstrem ini menggunakan Covid-19 untuk menggambarkan pemerintah sebagai penindas."
"Serta menyebutkan bahwa globalisasi, multikulturalisme, dan demokrasitelah gagal."
"Narasi ekstremismereka ialah menggambarkan pandemi Covid-19 sebagai pembalasan ilahi terhadap Barat karena dianggap penganiayaan terhadap Muslim."
Burgess juga menambahkan kurangnya perjalanan internasional telah memungkinkan kelompok teroris untuk meningkatkan aktivitas online ketika mencoba untuk mendapatkan anggota baru.
Kepala keamanan Australia juga memperingatkan sebuah video, yang muncul tahun lalu.
Di mana kelompok militan menggunakan kebakaran hutan di Australia untuk mendorong serangan pembakaran.
"Kami telah melihat para ekstremis mencoba memicu perpecahan sosial."
"Sejak tahun lalu, penyelidikan ekstremisme ideologis telah berkembang dari sekitar sepertiga beban kasus anti-terorisme menjadisekitar 40 persen."
"Rata-rata usiatarget adalah 25 tahun. Namun kini target mereka adalah orang usia 15 dan 16 tahun."
"Mereka kebanyakan laki-laki."
Di Australia, serangan teroris dilakukan oleh pelaku tunggal atau kelompok kecil.
Mereka jugamenggunakan pisau atau kendaraan daripada senjata canggih.
Sejak pandemi Covid-19, kelompok terorisme memang telah meningkatkan aktivitas mereka untuk mencoba dan memanfaatkan ketidakpastian di seluruh dunia.
Tujuannya sama. Yaitu untuk menambahpengikut mereka.