Bobotnya Capai 8 Ton dengan Panjang 28 Meter, Benarkah Ini Kerangka Gatotkaca yang Mati di saat Perang Kurusetra karena Senjata Ilahiah Dewa Indra?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Kerangka Raksasa
Kerangka Raksasa

Intisari-Online.com - Pada tahun 2013, ramai sebuah kerangka raksasa dibagikan di media sosial dengan klaim sebagai kerangka Gatotkaca.

Namun setelah dikroscek, ternyata foto yang ramai itu merupakan karya seni seorang seniman Italia.

Menurut situs webAtlas Obscura:

“Dibuat oleh Gino De Dominicis, patung kerangka raksasa ini dipajang di Milan's Palazzo Reale pada tahun 2007."

Baca Juga: Bukan Karena Serangan Senjata, Pasukan Militer Pada Perang Dunia I Pernah Dibuat Kalang Kabut oleh Serangan Jutaan Tikus yang Tumbuh Hingga Ukuran Raksasa

"Dinamakan "Calamita Cosmica," atau "Cosmic Magnet", patung ini memiliki panjang 28 meter dan berat sekitar delapan ton."

"Seniman menyelesaikan pekerjaan ini tidak lama sebelum kematiannya."

Dominicis meninggal pada tahun 1998.

Namun terlepas dari kehebohan dan kebenaran di baliknya itu, tahukah Anda tentang Gatotkaca si setengah raksasa?

Baca Juga: Mengenang Sejarah Suram Indonesia 11 Maret 1966, Kudeta Besar-besaran dengan Supersemar Sebagai 'Surat Sakti' Soeharto Gulingkan Soekarno

Gatotkaca, sesuai dengan epos Mahabharata, adalah putra dari Bima dan Hidimbi.

Sang ibu menurunkan darah raksasa sehingga Gatotkaca menjadi setengah raksasa.

Hal ini memberinya banyak kekuatan magis yang membuatnya menjadi pejuang penting dalam perang Kurusetra, klimaks dari cerita.

Ilustrasi Perang Kurusetra
Ilustrasi Perang Kurusetra

Baca Juga: Butiran Nasi yang Dikukus Tiba-tiba Hidup dan Diberi Makan Jarum Baja, Makhluk Ini Tumbuh Menjadi Monster Mengerikan yang Melahap Logam dan Meneror Kota!

Dia dinamai Gatotkaca karena kepalanya yang berbentuk seperti periuk.

Dalam bahasa Sansekerta, Ghatam berarti periuk dan "Utkach" berarti kepala.

Gatotkaca ketika masih kecil, tinggal bersama ibunya.

Pada suatu hari dia bertengkar dengan Abimanyu, sepupunya, tanpa mengetahui bahwa Abimanyu adalah anak Arjuna.

Baca Juga: Bikin Pria Ini Takjub dan Melongo Lihat Kapal Tanker Raksasa Bergerak Melayang di Antara Laut dan Langit, Keajaiban Apa yang Terjadi?

Gatotkaca dianggap sebagai sosok yang setia dan rendah hati.

Dia membuat dirinya dan para pengikutnya selalu ada untuk ayahnya Bima kapan saja.

Yang harus dilakukan Bima adalah cukup memikirkannya dan Gatotkaca akan muncul.

Seperti ayahnya, Gatotkaca terutama bertarung dengan tongkat.

Baca Juga: Kisah Katherine Gilnagh, Penyintas Tenggelamnya Kapal Titanic Paling 'Santuy', Sementara Kakaknya Sudah Siapkan Liang Lahat

Istrinya adalah Ahilawati dan putranya adalah Barbarika.

Dalam Mahabharata, Gatotkaca dipanggil oleh Bima untuk berperang di sisi Pandawa dalam pertempuran Kurusetra.

Memohon kekuatan magisnya, dia membuat malapetaka besar bagi Kurawa.

Khususnya setelah kematian Jayadrata, ketika pertempuran berlanjut hingga matahari terbenam, kekuatannya paling efektif (pada malam hari).

Baca Juga: Bobotnya Lebih dari 1 Ton, Temui Ular Raksasa yang Panjangya Bisa Capai 4 Meter dan Gemar Jadikan Buaya Sebagai Mangsanya Ini

Pada titik pertempuran ini, pemimpin Kurawa Duryudana mengimbau pejuang terbaiknya, Karna, untuk membunuh Gatotkaca karena seluruh pasukan Kurawa hampir musnah karena serangan tanpa henti dari udara.

Karna memiliki senjata dewa, atau shakti, yang diberikan oleh dewa Indra.

Itu hanya bisa digunakan sekali, dan Karna telah menyimpannya untuk digunakan pada musuh bebuyutannya, petarung Pandawa terbaik, Arjuna.

Gatotkaca digambarkan kalah
Gatotkaca digambarkan kalah

Baca Juga: Mesir Kuno Dipimpin oleh Seorang Firaun Raksasa Setinggi 2,2 Meter, Ilmuwan Ungkap Fakta-fakta Berikut Ini

Karna yang setia, tidak dapat menolak permintaan Duryudana yang telah berjanji untuk mengabdi, melemparkan senjatanya ke Gatotkaca dan membunuhnya.

Ini dianggap sebagai titik balik perang.

Setelah kematia Gatotkaca, penasihat Pandawa Krisna tersenyum, karena dia menganggap perang telah dimenangkan Pandawa.

Itu karena Karna tidak lagi memiliki senjata ilahiah untuk digunakan dalam memerangi Arjuna.

(*)

Artikel Terkait