Sempat Jinak Setelah Pemimpinnya Ditemui Donald Trump, Korea Utara Kembali Bikin Dunia Panas Dingin Setelah Pamerkan Rudal Balistik Terkuatnya untuk Digunakan, Siapa Sasarannya?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Kim Jong-un yang lalim sedang bersiap untuk menguji coba rudal balistik barunya.

Dilansir dari Express.co.uk, Rabu (17/3/2021), langkah militer Kim tepat dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Pyongyang dan Washington.

Menurut kepala Komando Utara militer AS, Korea Utara akan memulai uji terbang untuk memperbaiki desain rudal balistik antarbenua "dalam waktu dekat".

Peringatan Jenderal Angkatan Udara Glen VanHerck munculg ketika Blinken pada Rabu menuduh Korea Utara melakukan "pelanggaran sistemik dan meluas" terhadap rakyatnya sendiri.

Baca Juga: Kini Memang Jadi Sekutu, Tetapi Siapa Sangka Tahun 1969, Uni Soviet Nyaris Ratakan China Dengan Bom Nuklir, Jika Dilakukan 7,6 Juta Penduduk China Bisa Musnah, Ini Pemicunya!

Perjalanannya ke Tokyo dan Seoul bertujuan untuk membangun kembali aliansi AS di Asia.

Itu merupakan perjalanan luar negeri pertama oleh anggota tingkat atas pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Merupakan kebiasaan bagi Pyongyang untuk menguji para pemimpin baru Amerika dalam beberapa bulan pertama masa jabatan mereka di Gedung Putih dengan tampilan kekuatan militer yang mencolok.

Kim telah memerintah dengan tangan besi sejak menjadi Pemimpin Tertinggi Korea Utara pada 2011 setelah kematian ayahnya Kim Jong-il.

Baca Juga: Padahal Biden Sudah Berusaha Keras Geret Iran Kembali ke Perjanjian Nuklir, Mantan Menlu AS Justru Sebut Keputusan Itu Salah Besar, Mengapa?

Kim terus menyerukan produksi senjata nuklir yang berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir meskipun sanksi dari AS cukup melumpuhkan.

Baru-baru ini Kim telah meluncurkan serangkaian rudal yang lebih kecil dan memamerkan rudal balistik antar benua (ICBM) terbesar di negara itu.

Senjata-senjata itu diresmikan pada parade militer Oktober lalu.

Jenderal VanHerck memperingatkan bahwa ICBM Pyongyang yang "jauh lebih besar dan mungkin lebih mampu" memperburuk ancaman bagi AS.

Baca Juga: Dulu Ketar-Ketir dengan Kekuatan China, Kini Eropa Justru Waspada dengan Rusia Karena Dianggap Paling Potensial Hancukan Eropa Melalui Skenario Ini

Kim diperkirakan tidak akan bersikap ramah kepada Presiden Biden.

Pada pertemuan puncak di ibu kota Vietnam pada Februari 2019, Korut dan AS gagal membuat kemajuan dalam program denuklirisasi.

Trump mengatakan mitranya telah menuntut diakhirinya sanksi sementara tim Kim mengatakan tuntutannya masuk akal.

Berbicara di Seoul, Blinken dengan tajam mengkritik catatan hak asasi manusia Korea Utara, sebuah masalah yang menurut para aktivis diabaikan oleh Trump.

Baca Juga: Dibanggakan Setinggi Langit Oleh AS Sebagai Pesawat Anti Kiamat, Siapa Sangka Pesawat Ini Langsung Loyo Hanya Gara-Gara Serangan Burung

Dunia telah diberitahu tentang tindakan Korea Utara oleh para pembelot yang melarikan diri dari negara itu.

Ada klaim eksekusi publik yang dilakukan untuk pelanggaran narkoba, pelecehan seksual dan "perilaku takhayul."

Kebebasan bergerak warga Korea Utara sangat dibatasi dan kemiskinan tersebar luas di negara itu.

Baca Juga: Bukan Lagi Soal Sengketa Laut China Selatan, Amerika dan China Kemungkinan Bakal Menuju Perang Besar Gegara Taiwan, Ajak Sekutu Bangun Kapal Selam Nuklir SenilaiRp316 Triliun

(*)

Artikel Terkait