Intisari-online.com - Pada masa Perang Dunia II, Jepang dikenal sebagai kekuatan tempur terkuat di Asia.
Banyak negara-negara Asia yang ditindas Jepang, demi memjadi penguasa di wilayah Asia.
Bahkan, wanita pun tak luput jadi korban keberingasan tentara Jepang, demi menjadi penghibur di kala perang.
Hal itu diungkapkan oleh Lee Ok-Seon, seorang mantan budak nafsu di era penjajahan Jepang dari Korea Selatan.
Diperkirakan pada tahun 1945, sekitar 50.000-200.000 perempuan dibawa ke rumah bordil milik militer Jepang.
Wanita-wanita ini sebagian besar berasal dari Korea, China, dan Asia Tenggara, mereka disiksa diperkosa dan dibiarkan kelaparan.
Banyak orang yang mandul dan memiliki penyakit seksual menular, karena penyalahgunaan yang mengerikan.
Mereka yang mencoba melarikan diri ditangkap dan dibunuh, mereka yang melarikan diri biasanya menolak untuk menjadi penghibur tentara Jepang selama Perang Dunia II.
Banyak wanita penghibur yang menyembunyikan masa lalu mereka karena malu.
Pada tahun 1991, Kim Hak-Soon, dari Korea Selatan, adalah yang pertama berbicara untuk keadilan, sejak saat itu banyak yang mulai menceritakan kisahnya.
Termasuk Lee Ok-Seon, yang kini telah berusia 92 tahun dia telah diasingkan selama 55 tahun.
Kemudian, setelah kembali dia tinggal di panti jompo.
Kisah hidup Lee Ok-Seon sungguh tragis, terlahir dari keluarga miskin pada usia 15 tahunn dia sudah mencari pekerjaan.
Pada saat itu, Jepang bergabung dalam Perang Dunia II, dan melawan sekutu Inggris dan Amerika.
Pada 29 Juli 1942, Lee ditangkap oleh dua pria satu orang Jepang dan satunya orang Korea.
Dia diseret dan dibawa ke stasiun Ulsan, lalu dilemparkan ke gerbong yang penuh wanita yang ditangkap.
Mereka kemudian dibawa ke Provinsi Jilin, Chini, distrik militer yang dikuasi Jepang.
Wanita yang tertangkap itu, dikurung dan sekap dalam ruangan yang buruk dibiarkan kelaparan hingga menunggu waktunya mereka dipaksa keluar.
Mereka diperlakukan sebagai budak nafsu, setiap wanita dipaksa melayani setidaknya 40-50 pria setiap harinya, jika menolak akan dipukuli.
Sama dengan Lee Ok-Seon, wanita bernama Chong Ok-Sun juga alami hal yang sama dengan Lee, dia diculik oleh tentara Jepang dan dipaksa menjadi budak nafsu pada usia 13 tahun.
Dia dibawa dengan truk lalu dibawa ke kantor polisi lalu diperkosa oleh petugas polisi, lalu diserahkan ke Jepang.
Lebih tragis lagi, Jika Chong menolak mereka organ intimnya akan disumpal dengan kain lalu dibakar, sampai dia mau mengikutinya.
Chong menjelaskan, bahwa jika ada gadis yang berkata tidak sopan hingga membuat mereka marah akan berakhir dipenggal, lalu tubuhnya dilemparkan ke danau.
Sebagian besar tentara Jepang dikatakan tidak menggunakan kondom saat berhubungan badan, sehingga mereka menyebarkan penyakit menular.
Para wanita yang dirawat diberi metode yang sangat negatif, diberi arsenik dengan dosis tinggi atau merkuri, sehingga mereka menjadi tidak subur.
Dalam kesaksiannya tahun 1966, Chong mengatakan seorang gadis yang terinfeksi penyakit kelamin telah menginfeksi 50 tentara.
Untuk mencegah dan mensterilkan penyebaran penyakit, batang besi dimasukkan ke dalam alat kelaminnya. Jika mereka hamil akan dipaksa untuk melakuka aborsi.
Tahun 1945 saat Jepang kalah perang, Chong mencoba melarikan diri tapi dia tertangkap lalu disiksa secara brutal di bibir, payudara, dan perutnya sampai pingsan.
Saat dia terbangun sudah dilemparkan disis gunung, dia dibawa kembali ke Korea.
"Saya kembali dengan bekas luka, tanpa emosi dan tidak tahu bagaimana berkomunikasi pada usia 18 setelah 5 tahun menjadi budak nafsu bagi orang Jepang," katanya.