Intisari-Online.com -Jika kini Danau Toba dikenal karena keindahannya, dahulu kala, saat tercipta, Danau Toba justru membawa kisah kelam bagi Bumi.
Bahkan, kisah kelam mencekam tersebut berlangsung selama hampir enam tahun lamanya.
Ya, Danau Toba kini memang lebih dikenal sebagai salah satu destinasi wisata paling terkenal di Indonesia.
Bahkan, kini Danau Toba termasuk dalam jajaran destinasi pariwisatan super prioritas (DPSP) yang membuatnya mendapat sorotan dari pemerintah pusat.
Namun, merujuk pada asal-usulnya, Danau Toba sebenarnya tercipta melalui sebuah tragedi berupa letusan maha dahsyat (supereruption) dari Gunung Toba.
Sebuah tragedi yang sempat membuat waktu di Bumi seolah berhenti selama enam tahun. Migrasi manusia terhambat, pun dengan populasi manusia yang stagnan.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Seperti apa dahsyatnya letusan Gunung Toba yang kemudian melahirkan Danau Toba tersebut?
Simak uraiannya dalam artikel berjudul "Di Balik Elok Danau Toba" yang ditulis oleh Ahmad Arif di kompas.com berikut ini.
Baca Juga: Rahasia Geologi Danau Tersembunyi di Kawasan Danau Toba, Sejumlah Ahli Lakukan Penelitian
Toba ibarat Indonesia kecil. Dia menampilkan ironi tentang pemandangan yang elok, sumber air dan kehidupan, namun sekaligus menyimpan riwayat—dan ancaman—mematikan.
Danau Toba, yang sejatinya merupakan kaldera gunung api raksasa pernah meletus hebat sehingga mengubah iklim dunia dan nyaris menamatkan umat manusia.
Jauh di balik permai Danau Toba yang menghampar di Sumatera Utara, sebuah daya rusak yang mahadahsyat tersembunyi di dalamnya.
Sekitar 74.000 tahun lampau, Gunung Toba meletus hebat (supereruption), mengirim awan panas raksasa yang menutup nyaris seluruh ujung timur hingga barat Pulau Sumatera.
Jutaan kubik abu dimuntahkan, menutupi Lautan Hindia hingga Laut Arab dan sebagian Samudera Pasifik.
Aerosol asam sulfat yang dilepaskan kemudian menyebar luas ke atmosfir dan menutupi bumi hingga mencipta kegelapan total selama enam tahun.
Suhu bumi mendingin hingga 5 derajat Celsius. Musim dingin global tercipta dari letusan gunung api (volcanic winter).
Fotosintesis terhenti. Tumbuhan sekarat, hewan buruan menipis.
Homo sapiens, nenek moyang manusia modern, berada di titik nadir, hanya bertahan sekitar 3.000 jiwa.
Migrasi manusia pun terhenti dan mereka terisolasi di Afrika, seperti yang terekam dalam kemiripan genetika manusia modern di seluruh penjuru dunia.
Periode ini dikenal sebagai kemacetan populasi manusia modern atau population bottlenecks.
Berada di level tertinggi letusan gunung api, yaitu skala 8 volcanic eruption index (VEI), Toba adalah gunung api super (supervolcano), yang letusannya menjadi yang terkuat dalam dua juta tahun terakhir.
Walaupun letusan gunung api, kini, bukan sepenuhnya kejutan geologis dan penelitian tentang hal ini telah berkembang jauh.
Namun, beberapa pertanyaan dasar tentang supervolcano, seperti Toba, tetap sulit dijawab, karena sedikitnya pengetahuan kita tentangnya.
Karena itu, Toba yang terbentuk dari kombinasi proses vulkano-tektonik sesungguhnya merupakan gudang ilmu geologi dan vulkanologi sekaligus, yang menantang untuk ditelisik lebih jauh.
Toba juga menyedot perhatian para ahli iklim dunia, karena dampak letusannya yang pernah mendinginkan suhu bumi.
Baca Juga: Cerita Siswi SMP yang Tembus Paspampres Sambil Menangis dan Berikan Gitar pada Jokowi
Selain juga menarik para antropolog, arkeolog, dan ahli genetika terkait dampaknya terhadap perkembangan dan migrasi manusia modern.
Baca Juga: Mengintip Serunya Ekspedisi Kayak Pelajar Indonesia 2 di Danau Toba dari URaL 28 Jakarta