Intisari-online.com -Citra satelit dari tempat kejadian sebelum dan sesudah serangan udara pertama di bawah Presiden AS Joe Biden baru-baru ini diumumkan.
Menurut Daily Mail, jet AS melemparkan total tujuh bom, masing-masing seberat 226 kilogram, ke sasaran milisi pro-Iran di perbatasan Irak-Suriah.
Serangan udara itu menewaskan sekitar 22 pria bersenjata, menurut statistik kerusakan terbaru.
Citra satelit menunjukkan bahwa banyak bangunan telah diratakan, di area hanya 300 meter dari perbatasan Irak.
Yang tersisa hanyalah hitam di tanah. Fragmen tersebar di seluruh gurun.
Seorang juru bicara Pentagon mengatakan serangan itu adalah opsi "terkendali", yang disetujui oleh Biden untuk mengirim pesan peringatan ke Iran.
Pada tanggal 15 Februari, milisi Irak pro-Iran menembakkan roket ke pangkalan AS, menewaskan satu kontraktor militer dan melukai banyak tentara Amerika.
Menurut Pentagon, intelijen AS menemukan bahwa milisi pro-Irak itu menggunakan kompleks di desa Al Bukamal sebagai tempat penyimpanan senjata dan transportasi antara Irak dan Suriah.
Serangan udara benar-benar menghancurkan kompleks ini.
Pentagon mengatakan para pejabat militer telah menawarkan untuk menyerang sasaran dalam skala yang lebih besar, tetapi Biden hanya memilih sasaran di desa Al Bukamal, yang terletak di wilayah Suriah.
Kata'ib Hezbollah dan Kata'ib Sayyid Al-Shuhada adalah dua kelompok milisi pro-Iran yang berada di bawah radar militer Amerika.
Kedua kelompok militan ini bangkit di Irak dalam perang melawan pemberontak ISIS.
Ketika ISIS bangkit dengan kuat pada tahun 2014, pasukan Irak harus mundur untuk mempertahankan ibu kota, meninggalkan wilayah yang luas di utara bagi milisi untuk memerangi terorisme sendiri.
Kata'ib Hezbollah dan Kata'ib Sayyid Al-Shuhada adalah dua kelompok milisi Syiah pro-Iran dengan pengaruh signifikan di Irak.
Para komandan kedua kelompok ini tak segan-segan menyombongkan dukungan Iran.
"Kami menyatakan kepada dunia bahwa kami memiliki penasihat Iran untuk didukung," kata Hadi Al-Amari, seorang komandan kelompok milisi, pada 2015, ketika wilayah di Irak masih di bawah kendali ISIS.
"Kami sangat bangga dan berterima kasih atas dukungan mereka."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini