Penulis
Intisari-Online.com - Atas perintah PresidenAmerika Serikat (AS) Joe Biden, militer AS melakukanserangan udara yang menargetkan milisi yang didukung Iran di Suriah.
Menurut Pentagon,serangan itu menghancurkan banyak fasilitas dan diperintahkan sebagai tanggapan atas serangan terhadap AS dan personel koalisi di Irak.
Akibatnyasedikitnya ada 22 korban jiwa atas insiden pada Kamis (25/2/2021).
Namun beberapa jam setelah serangan udara AS tersebut,sebuahkapal Israel diTeluk Oman meledak.
Ledakan itu mengenai sebuah kapal Israel bernamaHeliosRay pada Jumat (26/2/2021).
Belum tahu apa penyebabnya dan siapa yang bertanggung jawab.
Saat ini, kedua belah negara masih belum memberikan pernyataan resminya.
Namun di tengah situasi tegang antara AS, Israel, Iran, Irak, dan Suriah itu, ada berita yang beredar bahwa kapal selam AS siap menenggelamkan kapal perang Rusia.
Bagaimana bisa?
Dilansir darisputniknews.com pada Minggu (28/2/2021), USS John Warner, kapal selam kelas Virginia dari Angkatan Laut Amerika Serikat, dilaporkan bersiap untuk menenggelamkan kapal perang Rusia.
Ini terjadi jika mereka menanggapi serangan udara AS di Suriah pada April 2018, Fox News melaporkan pada hari Jumat.
Menurut Fox News, USS John Warner terjun dan bersiap untuk melawan segala kemungkinan tanggapan dari kapal perang Rusia.
Kapal selam kelas Virginia dipersiapkan untuk menanggapi tindakan potensial Rusia terhadap kapal AS yang ditempatkan di daerah tersebut.
Termasuk kapal yang bertindak sebagai umpan dan tidak meluncurkan rudal apa pun.
Media itu juga lantas membandingkan serangan udara resmi Donald Trump pada April 2018 dengan serangan udara yang diperintahkan oleh Presiden AS Joe Biden padaKamislalu.
Penyiar mengatakan bahwa rudal Tomahawk tidak digunakan selama serangan pada Kamis yang merupakan peringatan bagi Iran, dan daerah yang dibom tidak dikendalikan oleh pemerintah Suriah selama bertahun-tahun.
Menurut Fox News, para pejuang yang tewas di Suriah timur pada hari Kamis kemungkinan besar bukan warga negara Suriah.
Padakondisi yang kurang lebih sama, serangan udara pemerintahan Trump sering menargetkan fasilitas milik pemerintah Suriah.
Penyiar menyebutkan bahwa lebih dari 50 rudal Tomahawk pernah diluncurkan di pangkalan udara Suriah pada April 2017.
Pada April 2018, Presiden AS saat itu, Donald Trump, juga menyetujui peluncuran rudal jelajah Tomahawk untuk menghancurkan apa yang diklaim Washington sebagai laboratorium senjata kimia milik pemerintah Suriah.
Daerah yang dibom pada Kamis lalu itu juga pernah diserang saat Trump berkuasa.
Pada Desember 2019, mantan presiden AS itusetuju untuk melancarkan serangan udara terhadap militan di Suriah timur dan Irak barat.