Intisari-Online.com -Candi Borobudur yang kali ini menjadi pembicaraan setelah selebgram Anya Geraldine salah menyebut lokasinya punya kisah memilukan saat pertama kali ditemukan.
Ya, nama Borobudur kali ini menjadi perbincangan setelah Anya Geraldine menyebut wilayah tersebut berada Yogyakarta.
Di Twitter, Anya Geraldine salah menuliskan twit 'Indahnya Jogja' sebagai caption foto dirinya sedang berada di Plataran.
Banyak yang mengkritik unggahan Anya Geraldine tersebut karena seharusnya kawasan Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Suatu kekeliruan yang menurut Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang, Slamet Achmad Husein, lumrah terjadi karena banyak orang yang berkunjung ke Borobudur dengan melalui pintu masuk dari Yogyakarta, sehingga banyak yang mengira letaknya berada di Yogyakarta.
Namun, selain lokasi, banyak orang yang juga tidak mengetahui bagaimana kondisi Candi Borobudur saat pertama kali ditemukan.
Beberapa foto menunjukkan betapa memilukannya kondisi candi Buddha terbesar di dunia ini saat pertama kali terungkap keberadaannya oleh para penjajah Belanda.
Pada 17 Oktober 2018, di media sosial, khususnya Facebook, pernah ramai beredar foto-foto hitam-putih dari Candi Borobudur.
Salah satu sumbernya adalah grup Indonesia Tempo Doeloe, di mana sebuah akun FB Agustian mengunggah beberapa foto lawas dari Borobudur dengan caption:
"Reruntuhan candi Borobudur ditemukan pertama kali pada tahun 1814, saat Inggris menguasai Jawa, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.
Pemugaran pertama yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda oleh Theodore van Erp sekitar tahun 1907-1911. Dan berlanjut pemugarannya tahun 1973-1983.
Foto2 diambil sekitar tahun 1870-1900.(dari berbagai sumber)"
Sampai berita ini ditulis, postingan tersebut sudah dibagikan lebih sari 1000 kali.
Ya, Candi Borobudur yang kita ketahui dan sering lihat, bahkan dikunjungi, saat ini adalah hasil beberapa kali pemugaran.
Dalam artikel berjudul di Kompas.com berjudul "Jejak Bencana di Borobudur" digambarkan bagaimana kisah penemuan Borobudur yang nyaris hilang ditelan Bumi.
Keberadaan salah satu keajaiban dunia ini pertama kali terungkap saat Perwakilan Serikat Dagang Inggris di Hindia Timur, Letnan Gubernur-Jenderal Sir Stamford Raffles mendapat informasi tentang adanya monumen kuno raksasa di Desa Bumisegoro, dekat Magelang.
Namun, bukan Raffles sendiri yang pada akhirnya mengungkap keberadaan Candi Borobudur pada 1814, melainkan anak buah yang disuruhnya, seorang insinyur Belanda bernama Cornelius.
Cornelius ditugaskan untuk menggali informasi detail mengenai keberadaan 'monumen raksasa' tersebut.
Maklum, Raffles memang terkenal sangat tertarik dengan kebudayaan dan sejarah.
Cornelius yang memang sangat mengenal seluk-beluk barang-barang antik kemudian tiba di Desa Bumisegoro.
Kondisi Candi Borobudur saat pertama kali ditemukan Cornelius digambarkan sangat menyedihkan.
Kerusakan terjadi di hampir seluruh bagian candi, sebagian bangunan tertimbun, sebagian lagi sudah disesaki oleh semak belukar.
Upaya membersihkan Mahakarya Wangsa Sailendra tersebut berlangsung selama dua bulan dengan bantuan 200 warga desa.
Mereka menggali tanah yang mengubur candi, serta memotong dan membakar semak belukar yang menutupi candi.
Khusus untuk penggalian, Cornelius terpaksa membatasinya karena tidak ingin Borobudur roboh.
Namun, meski memerintahkan penggalian informasi tentang Borobudur dan rutin mendapat laporan dari Cornelius, Raffles sendiri tidak banyak membahas mengenai Borobudur dalam buku-bukunya.
Bahkan dalam karya besarnya, History of Java (1817), hanya ada beberapa kalimat yang menyinggung Borobudur.
Foto-foto lawas Borobudur sebenarnya dapat ditemukan di Studio Sejarah Restorasi Candi Borobudur di kompleks Taman Candi Borobudur, Magelang.
Kondisi candi yang terdiri dari enam tingkat berbentuk persegi dan tiga tingkat berbentuk lingkaran tersebut memang terlihat rusak parah.
Lantai teras melengkung bergelombang akibat gempa, batu-batu penyusun stupa berjatuhan dan berserakan di lantai teras.
Di lantai 8, 9, dan 10 atau dikenal dengan tingkat Arupadhatu, kerusakan benar-benar menyedihkan.
Baca Juga: Petualangan Cinta Berakhir Bahagia Sang Buddha dan Seorang Putri Terekam di Candi Borobudur
Stupa utama yang biasa kita bisa lihat dari kaki Borobudur hanya menyisakan rongga menganga yang diisi oleh batu-betu penyusunnya.
Stupa di sekeliling stupa utama juga runtuh sebagian.
Batu-batu 'pengunci' pun yang berbentuk ekor burung, takikan, tipe alur dan lidah, serta tipe purus dan lubang tak lagi melekat, sebagai mana fungsi seharusnya.
Debu vulkanis dan material lahar 'berserakan' di sekitar candi. Hal ini pula yang memicu tumbuhnya semak belukar yang menutupi candi.
Diduga gempa yang sangat besarlah (juga gunung meletus) yang menjadi penyebab kondisi candi Borobudur begitu hancur saat pertama kali ditemukan oleh Cornelius.