Intisari-Online.com - Raksasa memiliki tempat khusus dalam ingatan kolektif kita.
Kita selalu dikelilingi oleh cerita tentang makhluk legendaris ini.
Sejak zaman kuno, orang telah berbicara dan menulis tentang makhluk yang lebih tinggi dan lebih kuat daripada manusia pada umumnya.
Kita memiliki para Titan dalam mitologi Yunani, raksasa es dan api dalam legenda Norse, dan Goliath sang raksasa alkitabiah.
Saat Gulliver terdampar di pantai di Lilliput, dia adalah raksasa di mata penduduk kecil pulau itu.
Tapi raksasa bukan hanya fantasi.
Mereka sudah ada di antara kita sejak lama, karena kondisi medis yang disebut gigantisme.
Dalam studi terbaru tentang mumi yang dilakukan oleh Francesco M. Galassi dan Egyptologist Michael E. Habicht, sekelompok ilmuwan memeriksa kerangka yang ditemukan pada tahun 1901 di dekat Beit Khallaf di Mesir dan mengklaim bahwa ini bisa menjadi kasus gigantisme tertua di dunia.
Baca Juga: Para Ahli Bingung, Mumi Mesir Kuno Ditemukan Punya Lidah Emas, Dipercaya Inilah Tujuannya
Saat ini, gigantisme adalah kondisi medis terkenal yang berhubungan dengan sekresi hormon pertumbuhan dosis tinggi dalam tubuh.
Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti mutasi genetik atau tumor pada kelenjar pituitari.
Bukan hal yang aneh bagi kita untuk melihat orang-orang yang sangat tinggi hari ini, tetapi bayangkan pemandangan seorang pria yang sangat tinggi di Mesir kuno.
Mereka mungkin mengira dia dikirim oleh makhluk gaib, terutama jika orang yang tinggi itu adalah firaun sendiri.
Dipercaya bahwa kerangka raksasa firaun dari Dinasti Ketiga bernama Sanakht menderita gigantisme.
Sanakht adalah karakter yang agak misterius dan tidak banyak yang diketahui tentang hidupnya kecuali fakta bahwa ia bagian dari Dinasti Ketiga kerajaan lama.
Yang menarik dari Firaun ini, selain perdebatan tentang identitas aslinya (teori diterima utama menjelaskan bahwa dia sebenarnya adalah raja Nebka), adalah tubuh mumi sebenarnya, bukan dalam konteks sejarah, tetapi secara medis.
Michael Habicht, dari Institut Kedokteran Evolusioner Universitas Zurich, mengklaim bahwa Sanakht mungkin menderita kasus gigantisme tertua yang pernah ditemukan.
Berdasarkan jenazahnya, Sanakht (Nebka) tingginya 2,2 meter.
Bayangkan dia di ruang singgasana, menjulang di atas rakyatnya, mendemonstrasikan kekuatannya sebagai seorang penguasa yang diberikan kepadanya oleh suatu kekuatan ilahi.
Menurut Habicht, Sanakht jauh lebih tinggi daripada Ramses II, yang hingga saat ini dianggap sebagai salah satu firaun Mesir tertinggi.
Teori pertama yang terlintas dalam pikiran adalah bahwa Sanakht, sebagai seorang firaun mendapat makanan yang begitu bergizi.
Tetapi ini tidak dapat menjelaskan tulang yang tumbuh terlalu banyak di tubuhnya, yang menurut tim ilmuwan adalah jelas tanda gigantisme.
Kami tidak tahu banyak tentang stereotip di Mesir kuno, tetapi dari bukti yang dikumpulkan terlihat bahwa orang yang lebih pendek lebih umum berkuasa.
Di sisi lain, tidak berarti bahwa mereka menentang orang yang tinggi.
Fakta bahwa Sanakht dipilih sebagai firaun dan dimakamkan di makam elit memberi tahu kita bahwa tinggi badan bukanlah masalah besar di Mesir kuno.
Jadi mungkin Sanakht tidak dilihat sebagai manusia yang perkasa.
Apapun masalahnya, firaun raksasa pasti tertarik pada pengobatan modern.
Di sini kita dapat melihat pentingnya disiplin ilmu yang berbeda bekerja satu sama lain.
Baca Juga: Sebanyak 14 Peti Mati Kuno Berusia 2500 Tahun Ditemukan di Mesir, Begini Penampakannya
Michael Habicht mengatakan kepada majalah Live Science bahwa mempelajari evolusi penyakit selama berabad-abad sangat penting untuk pengobatan modern.
Jika kita mengamati cara suatu penyakit berkembang atau berkembang, kita dapat mempelajari sesuatu yang dapat membantu kita menemukan obatnya.
Ilmu pengetahuan menjadi semakin interdisipliner, jadi mungkin di masa depan, firaun kuno dan cerita tentang raksasa lebih berkaitan dengan kedokteran daripada sejarah.
(*)