Intisari-online.com - Hampir sebanyak 200 sarjana dan ilmuwan adal Inggris di 20 universitas bergengsi terendus memberikan bantuan ke China.
Kini mereka terancam hukuman penjara karena membantu China membangun senjata pemusnah massal, demikian laporan Daily Mail.
Polisi Inggris kini sedang melakukan penyelidikan, pada 200 orang tertuduh yang semuanya adalah cendikiawan.
Mereka melanggar Undang-Undang Kontrol Ekspor, membantu China membuat senjata pemusnah.
Baca Juga: Jamu Penggemuk Badan: Bahan-bahan yang Dapat Anda Buat Sendiri
Menurut 24h.com.vn, pada Selasa (9/2/21), hukuman maksimum untuk perilaku ini adalah 10 tahun penjara.
Undang-undang pengawasan ekspor diberlakukan oleh Inggris pada tahun 2008, bertujuan untuk membantu negaranya melindungi keamanan nasional.
Mencegah brain drain di area sensitif seperti militer dan persenjataan.
Namun, kali ini banyak ilmuan diduga membantu China menciptakan senjata pemusnah massal, hal ini membuat pemerintah Inggris harus melakukan tindakan.
The Times melaporkan, banyak desain roket, senjata berteknologi tinggi, senjata internet, dikirim dari Inggris secara diam-diam, oleh para sarjana.
Hampir 200 sarjana dan ilmuwan di lebih dari 20 universitas di Inggris sedang diselidiki oleh polisi.
"Kami bisa melihat lusinan ilmuwan muncul di pengadilan pada saat yang bersamaan," kata sumber dari pemerintah Inggris pada The Times.
"Tidak lama, banyak orang bisa masuk penjara karena membantu China membangun senjata super penghancur," ungkapnya.
"Setiap eksportir barang militer harus mematuhi Undang-Undang Kontrol Ekspor," kata juru bicara pemerintah Inggris kepada Daily Mail.
"Para ahli dan akademisi di universitas dan institut di Inggris tidak terkecuali. Mereka harus memiliki izin," imbuhnya.
Menurut surat kabar Inggris, penyelidikan terjadi dalam konteks Downing Street yang menumbuhkan ketakutan.
Bahwa para sarjana dan ilmuwan negeri ini diam-diam berjabat tangan dengan China untuk mengembangkan senjata militer.
Tory, anggota kongres Inggris, mengatakan bahwa negaranya membuat kesalahan dengan bersikap terlalu mempermudah di universitas.
"Kami mentransfer rahasia militer dan senjata yang dapat membantu China menjadi kekuatan militer terkuat di dunia pada abad ke-21," kata Tory.
Menurut organisasi riset CIVITAS, setidaknya 14 dari 24 universitas terbaik di Inggris memiliki koneksi dengan produsen senjata China.
"Beberapa ilmuwan telah jatuh ke dalam perangkap Tiongkok," ungkap CIVITAS.
"Awalnya mereka mengira penemuan mereka hanya untuk tujuan sipil. Tapi sebenarnya China menggunakan teknologi yang ditransfer untuk keperluan militer," tuduh CIVITAS.
Jika tuduhan itu terbukti, besar kemungkinan para sarjana, dan ilmuwan di Inggris akan menghadapi tuduhan penjara.
Tindakan ini bisa dianggap membahayakan, karena membantu China menjadi kekuatan militer terkuat abad ini.