Intisari-online.com - Sudah lama Israel memendam hasrat untuk menghancurkan Iran, karena dianggap musuh paling berbahaya.
Seperti kita ketahui, Iran merupakan ancaman nomor satu di wilayah Timur Tengah, terutama bagi Israel.
Tak jarang Israel menghasut Amerika untuk menekan Iran, termasuk membunuh salah satu jenderalnya Qassem Soleimani.
Kini tampaknya Israel sudah diambang batas ketakutannya pada Iran.
Menurut 24h.com.vn, pada Rabu (3/2/21), Menteri Kabinet Israel Tzachi Hanegbi, mengatakan Israel akan bertindak secara independen untuk menghancurkan Iran.
Pada Rabu (3/2), Israel Times mengutip pernyataan Tzachi Hanegbi, yang mengatakan "Amerika tidak akan pernah menyerang fasilitas nuklir Iran."
Menurutnya jika dibiarkan itu akan menjadi ancaman besar di Timur Tengah.
Oleh sebab itu, dia mengatakan Israel harus segera bertindak, meskipun harus menyerang fasilitas nuklir itu secara independen.
"Israel harus membuat keputusan, apakah menerima nuklir Iran atau tidak," katanya.
"Jika tidak, Israel dipaksa untuk bertindak secara independen, meski berbahaya," tambahnya.
"Sepertinya, di masa depan, Israel tidak mempunyai pilihan lain selain melakukan serangan militer ke Iran," imbuhnya.
"Saya berharap bahwa ketika pemimpin Israel berada dalam dilema, mereka tidak akan pernah menerimanya (yaitu Iran yang memiliki senjata nuklir," jelasnya.
Di sisi lain, Hanegbi mengatakan kemungkinan pembalasan Iran terhadap Israel sangat terbatas.
Komentar menteri Israel muncul ketika pemerintahan Biden menunjukkan beberapa sinyal siap untuk berdiskusi dengan sekutu.
Untuk duduk bernegosiasi dengan Iran, termasuk kemungkinan memperluas kesepakatan nuklir 2015 atau JCPOA.
Di pihaknya, pemerintah Iran pernah mengatakan, proses menghidupkan kembali perjanjian JCPOA sepenuhnya.
Bergantung pada langkah-langkah praktis dari Washington termasuk pencabutan sanksi.
Selama bertahun-tahun, Israel sendiri telah mencoba membujuk pemerintah Amerika untuk campur tangan secara militer di Iran.
Tetapi perjanjian nuklir yang ditandatangani pada 2015 antara Teheran dan lima anggota dewan keamanan membuat perang melawan Persia sangat tidak mungkin.
Namun, pihak Israel tidak pernah menyerah dan berhasil membujuk Presiden Trump untuk keluar dari kesepakatan pada 8 Mei 2020 lalu.
Beberapa hari sebelumnya, perdana menteri Israel telah menunjukkan di TV di seluruh dunia bukti bahwa Iran sedang memproduksi senjata nuklir.
Materi yang ditunjukkan oleh Netanyahu tidak menunjukkan apa-apa.
Badan Atom Internasional PBB, dalam banyak kesempatan, menyatakan bahwa Iran menghormati norma kesepakatan nuklir 2015 .
Selain itu, Iran adalah penandatangan perjanjian non-proliferasi senjata nuklir dan telah menunjukkan kepada Agency bahwa pusat nuklirnya hanya beroperasi untuk tujuan damai.
Meskipun menurut Netanyahu, pernyataan Iran tersebut hanya kebohongan.
Israel khawatir jika Iran memiliki senjata nuklir di masa depan mereka akan mendominasi wilayah Timur Tengah, sementara jika masalah senjata nuklir adalah kuncinya, Israel ingin menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang memilikinya.
Karena Israel merasa di luar yuridiksi Agency yang meratifikasi perjanjian nuklir tahun 1957.