"Organisasi Pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal mencari tahu penyebab masalah dan menyelesaikannya," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi.
Juru bicara penjaga pantai di Indonesia, Wisnu Pramandita mengatakan, kapal tanker yang disita di perairan lepas provinsi Kalimantan, akan dibawa ke pulau Batam, di Provinsi Kepulauan Riau untuk penyelidikan lebih lanjut.
Wisnu mengatakan kepada Reuters pada Senin (25/1/2021), bahwa kapal-kapal itu "tertangkap basah" memindahkan minyak dari MT Horse ke MT Freya dan bahwa ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker yang menerima.
Dia menambahkan 61 awak kapal berkewarganegaraan Iran dan China telah ditahan.
Kedua supertanker, masing-masing mampu membawa 2 juta barel minyak, terakhir terlihat awal bulan ini dari Singapura, data pengiriman pada Refinitiv Eikon menunjukkan.
“Very Large Crude Carrier (VLCC) MT Horse, yang dimiliki oleh National Iranian Tanker Company (NITC), hampir sepenuhnya sarat dengan minyak, sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong,” data menunjukkan.
Organisasi Maritim Internasional mewajibkan kapal untuk menggunakan transponder untuk keselamatan dan transparansi.
Kru dapat mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa. Tetapi transponder sering ditutup untuk menyembunyikan lokasi kapal selama kegiatan terlarang.
"Tanker-tanker itu, pertama kali terdeteksi pada pukul 05.30 pagi waktu setempat pada 24 Januari, menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis dan tidak menanggapi panggilan radio," kata Wisnu dalam sebuah pernyataan pada Minggu (24/1/2021).
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR