Ketika Amerika Tarik Ribuan Pasukannya dari Suriah, Justru Secara Mendadak Angkatan Laut Rusia Tiba-tiba Kawal Kapal Iran Menuju ke Suriah, Apa yang Terjadi?

Mentari DP

Penulis

Dua kapal Angkatan Laut Rusia terlihat menemani kapal tanker Iran Samah melalui laut dan menuju Suriah.

Intisari-Online.com -Sejak beberapa tahun lalu,Amerika Serikat (AS) menjadi negara yang paling banyak mengirimkan tentaranya ke Suriah.

Namun kini tidak lagi.

Dilansir dari express.co.uk pada Jumat (23/10/2020), dua kapal Angkatan Laut Rusia, salah satunya termasuk sebuah kapal perusak, terlihat menemani kapal tanker Iran Samah melalui laut dan menuju Suriah.

Hal ini menurut Institut Angkatan Laut AS.

Baca Juga: Tak Pernah Akur Namun Bisa Jadi Sekutu Terbaik, Berikut Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dan Australia, Militer Kita Unggul di Sektor Ini

Tak lama setelah kapal tanker 900 kaki tersebut memasuki Mediterania, tampaknya sengaja berhentiuntuk menekannya posisinya.

Padahal kapal seukuran Samahperlu mengumumkan lokasi mereka.

Sementara ketika Kapal tanker Samah berhenti melaporkan lokasinya, kapal Angkatan Laut Rusia Akademik Pashin terlihat menuju selatan dari Suriah.

Kemudian kapal itu terlihat di samping Samah oleh satelit pada 15 Oktober, dengan dua kapal tampak sedang menuju kembali ke Suriah.

Baca Juga: Dipandang Negara Termiskin di Dunia, Rakyatnya Hidup Miskin dan Kelaparan, Sebenarnya Berapakah Pendapatan Orang Bekerja di Timor Leste

Analis mengatakan sebuah kapal perang, yang dianggap sebagai kapal perusak Laksamana Madya Kulakov, juga terlihat bersama mereka.

Pada 17 Oktober, sebuah kapal minyak yang tampak seperti Samah terlihat di dekat terminal minyak Banyas Suriah.

Akademik Pashin Rusia telah pergi dan tampaknya sedang menuju Yunani.

USNI mengatakan pengawalan Rusia bisa jadi disiapkan sebagai tindakan pencegahan untuk mencegah Angkatan Laut Kerajaan Inggris atau negara lain mencoba mengganggu pengiriman Iran.

Ia menambahkan langkah seperti itu dapat dilihat sebagai "meningkatkan risiko politik dan militer dari setiap intervensi".

Salah satu intervensi semacam itu pernah terjadi pada 2019.

Saat itu, Angkatan Laut Kerajaan Inggris menyita sebuah kapal tanker - Adrian Darya-1 - di lepas pantai Gibraltar yang diyakini membawa minyak Iran ke Suriah.

Pengiriman itu melanggar sanksi yang ditetapkan oleh UE.

Inggris mengatakan penyitaan kapal itu sesuai dengan "aturan internasional".

Sementara Kementerian Luar Negeri Iran, bagaimanapun, menyebut tindakan Inggris "ilegal dan tidak dapat diterima".

Baca Juga: Terus-menerus Diinvasi China, Ratusan Ribu Warga Hong Kong 'Kabur' dan Pindah Kewarganegaraan, Negara Eropa Ini yang Jadi Pilihan Karena Dianggap Lebih Kuat dari China

Kapten kapal mengklaim sebuah helikopter militer mendarat di kapal, diikuti oleh Royal Marines yang kemudian menahan kru di bawah todongan senjata.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak mengetahui sanksi Uni Eropa yang mencegah pengiriman tersebut.

UNSI melaporkan bahwa Adrian Darya-1 akhirnya dirilis pada bulan September.

Tetapi kargo tersebut dipindahkan ke kapal lain di perairan Suriah hanya beberapa hari kemudian.

Bagaimanapun, Rusia diperkirakan sedang mempersiapkan pengawalan serupa di masa depan.

John Ratcliffe, Direktur Intelijen Nasional di AS, telah mengklaim Iran dan Rusia berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan AS pada 3 November 2020.

Baca Juga: Sudah 220.000 Warga AS Tewas, Donald Trump Terpojok, Sebut Amerika Sedang 'Belajar Hidup' dengan Virus Corona, 'Kami Tak Bisa Mundur atau Maju'

Artikel Terkait