Intisari-Online.com - Menurut Wall Street Journal, Kementerian Perhubungan Indonesia mengkonfirmasi bahwa Boeing 737-500 telah diuji dan memenuhi syarat untuk terbang kembali.
Namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa pesawat tersebut mengalami gangguan teknis.
Dilaporkan sebuah pesawat Boeing 773-500 yang membawa 62 orang jatuh ke laut beberapa menit setelah lepas landas dari bandara Jakarta.
Pesawat Boeing 773-500 itu digunakan oleh maskapai Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dari Jakarta tujuan Pontianak.
Pesawat itu dilaporkan hilang kontak padaSabtu(9/1/2021) lalu sekitar pukul 14.40 WIB.
Hingga kini, tim SAR telah melakukan pencarian terhadap korban dan sudah menemukan kotakhitam pesawat.
Pesawat yang jatuh ke laut sudah tidak aktif sejak akhir Maret 2020, beberapa minggu setelah Indonesia mengumumkan infeksi Covid-19 pertamanya, kata Kementerian Perhubungan Indonesia.
Pesawat mulai terbang kembali pada 19 Desember 2020, setelah menjalani pemeriksaan teknis oleh Administrasi Angkutan Umum Penerbangan Indonesia.
Penerbangan pertama tidak membawa penumpang dan bukan penerbangan komersial.
Pesawat itu mulai membawa penumpang pada 22 Desember, lebih dari dua minggu sebelum kecelakaan dahsyat itu.
Sertifikat penerbangan Boeing 737-500 ini berlaku hingga 17 Desember 2021.
Kementerian Perhubungan Indonesia menegaskan telah mematuhi pedoman Administrasi Penerbangan Federal AS, yang dikeluarkan pada 24 Juli 2020, yang mengharuskan operator pesawat Boeing, termasuk Boeing 737-500, untuk melakukan pengujian secara dinamis. sebelum diizinkan terbang lagi.
Alasan dari pemeriksaan tersebut adalah bahwa setelah tidak aktif dalam jangka waktu yang lama, pesawat dapat mengalami malfungsi pada mesin, yang mengakibatkan mesin berhenti di udara.
Padatanggal 2 Desember 2020, sebulan sebelum pesawat jatuh, inspektur penerbangan Indonesia memeriksa tingkat korosi mesin.
CEO Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jauwena membenarkan bahwa pihak maskapai telah mematuhi pemeriksaan keamanan dan teknis pesawat, termasuk pengendalian kualitas dan keselamatan.
Juru bicara Sriwijaya Air tidak menanggapi pertanyaan apakah pesawat tersebut sudah lama tidak dapat beroperasi karena penyebab kehandalannya dan bagaimana pesawat tersebut menjalani perawatan.
Sebelumnya, Sriwijaya Air memastikan kondisi pesawat masih dalam kondisi baik.
"Catatan lengkap dan rinci perlu diungkapkan, di mana, kapan, dan oleh siapa pesawat dilayani," kata Shukor Yusof, pendiri perusahaan konsultan penerbangan Endau Analytics.
"Saya tidak berbicara tentang keandalan dokumen-dokumen ini, tetapi publik perlu mengetahui tentang sejarah lengkap pesawat tersebut."
Banyak ahli di seluruh dunia telah menyatakan keprihatinan bahwa penutupan jangka panjang pesawat akibat epidemi Covid-19 dapat berdampak pada keselamatan penerbangan.
Chow Kok Wah, pakar penerbangan di Singapura, mengatakan jet yang sudah lama tidak terbang membutuhkan perawatan dan pemantauan sesuai prosedur khusus.