Pada akhir tahun 2000-an, jumlah produksi unit seri F-22 yang diproyeksikan dari perkiraan awal 750 dipotong menjadi 187 saja.
Melansir The National Interest, Selasa (12/1/2021), sebuah laporan baru-baru ini menjelaskan perdebatan institusional yang mengarah pada keputusan penting pemerintah untuk mengurangi Raptor.
Dalam laporan baru-baru ini, Pensiunan Jenderal Norton Schwartz, mantan Kepala Staf Angkatan Udara, memberitahukan hal baru mengenai tarik-menarik birokrasi antara Angkatan Udara dan Departemen Pertahanan mengenai nasib pengadaan F-22 tambahan.
In Journey: Memoirs of an Air Force Chief of Staff, Schwartz menulis bahwa pendahulunya, pensiunan Jenderal Mike Moseley dan kemudian Sekretaris Angkatan Udara Mike Wynne, menganut strategi pengadaan dan pengembangan yang memprioritaskan “keunggulan luar biasa udara-ke-udara."
Angkatan Udara menginginkan F-22 sebanyak mungkin; pada awal Perang Irak, jumlah itu dianggap setidaknya 381.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Robert Gates menyatakan bahwa pendapat USAF pada F-22 tidak mencerminkan realita komitmen militer AS kontemporer.
Menurut alasan ini, peran F-22 sebagai platform superioritas udara mutakhir terbuang percuma di dunia pasca-Perang Dingin di mana AS semakin mendapati dirinya melancarkan konflik asimetris terhadap musuh tanpa akses ke kemampuan kekuatan udara yang berarti.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR