Advertorial

Santai-santai di Perbatasan saat Diminta untuk Berperang, Jumlah Pasukan dari Negara Terkecil di Dunia Ini Malah Bertambah saat Kembali ke Markas, Kok Bisa?

Ade S

Editor

Intisari-Online.com -Sekelompok serdadu dari salah satu negara terkecil di dunia ini dikirim untuk berperang namun malah kembali dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.

Kisah ini berasal dariLiechtenstein, salah satu negara terkecil di dunia yang terletak di antara Swiss dan Austria.

Negara ini kini dikuasai oleh seorng raja bernama Yang Mulia Pangeran Hans Adam II.

Sang raja dari negara yang berbahasa Jerman ini memiliki kekayaan senilai AS$5 miliar atau setara Rp70 triliun..

Baca Juga: Latihan Gabungan dengan Pakistan Sudah di Depan Mata, Tidak Tanggung-tanggung China Terjunkan Jet J-10C dan J-11B Baru, Seperti Apa Spesifikasinya?

Saat ini, Liechtenstein tidak memiliki militer.

Mereka merasa tidak berada di bawah ancaman apa pun dari tetangganya.

Sementara pasukan polisi kecilnya menjaga ketertiban di negara dengan salah satu tingkat kejahatan terendah di dunia.

Namun, siapa sangka negara yang terasa begitu makmur ini punya kisah unik saat perang berkecamuk.

Baca Juga: Keluar dari Kandang, Inilah Dua Kapal Perang Milik TNI AL yang Dikerahkan untuk Menelusuri Jejak Sriwijaya Air SJ182 yang Hilang di Kepulauan Seribu

Kerajaan ini dulu mengandalkanKonfederasi Jerman lama untuk mempertahankan tentara.

Tetapi kondisi ini terhenti ketika Konfederasi berhenti, setelah banyak negara di Konfederasi bersatu di bawah Prusia menjadi Jerman.

Selama Perang Dunia II, Liechtenstein secara resmi netral dan mempercayakan diplomasinya ke Swiss, meskipun ia berjuang dengan partai Nazi yang baru lahir selama perang.

Kebanyakan Liechtensteiner tidak ingin berurusan dengan itu.

Baca Juga: TNI AL Bantu Pencarian Kerahkan Kapal Perang dan Pasukan Khusus, Ini Fakta-fakta Pencarian Pesawat Sriwijaya Air SJ182

Pada 1943, partai itu dilarang setelah banyak agitasi anti-Semit dan upaya perekrutan untuk Waffen-SS Jerman.

Sejarah Liechtenstein dalam menerima pengungsi Yahudi dan lainnya sangat mirip dengan Swiss. Beberapa masuk, banyak yang tidak.

Nah, berbicara soal perang, negara ini memilki sebuah kisah unik yang bisa dibilang begitu melegenda.

"Pasukan" kecil mereka yang hanya terdiri dari 80 orang, yang kini telah dibubarkan setelah Perang Austro-Prusia tahun 1866, memberikan salah satu bab paling aneh dalam sejarah militer.

Baca Juga: Pamer Pangkalan Rahasia Penuh Rudal, Iran Rupanya Punya 5 Senjata Andalan Paling Menakutkan, Bikin AS Ragu-ragu untuk Berperang dengan Negara Ini

Orang-orang dari pasukan Liechtenstein dikirim untuk menjaga Celah Brenner antara Austria dan Italia.

Tidak ada yang bisa dilakukan selain duduk di pegunungan yang indah, minum anggur dan bir, mengisap pipa dan bersantai.

Ketika tentara berbaris kembali ke Vaduz, ibu kota Liechtensteiner, mereka memiliki satu orang lagipasukan tambahan.

Seorang tentara Italia yang membelot ke Liechtenstein untuk mencari pekerjaan.

Baca Juga: Lagi, Kapal Penjaga Pantai Turki dan Yunani Kembali Bertabrakan, Terdengar Dentuman Keras di Laut Mediterania Timur, Ini Pernyataan Resmi 2 Negara

Sekarang, harus diketahui bahwa ada berbagai versi daricerita ini, dan tidak ada satupun yang terbukti.

Seseorang mengatakan bahwa satu unit pasukan Liechtenstein yang terdiri dari lima puluh delapan orang keluar, dan lima puluh sembilan kembali

Orang yang menjadi tambahan itu adalah seorang petugas penghubung Austria.

Versi lain mengatakannya dengan cara yang sama, kecuali bahwa perwira Austria itu sebenarnya etnis Italia: sangat mungkin di zaman ketika Austria-Hongaria terdiri dari ratusan kelompok etnis.

Baca Juga: Kisah Betty Chapman ‘Nyonya Zigzag’, Istri Agen Ganda Terkenal Perang Dunia Kedua, yang Bisa Jalani Hidup Glamor Tanpa Suaminya Selama Perang

Beberapa versi mengatakan bahwa Liechtensteiners menikmati diri mereka sendiri di perbatasan.

Lalu seorang tentara Italia hanya menyukai mereka, bergabung dengan kelompok dan memutuskan untuk pulang bersama mereka.

Siapa tahu, tapi saya suka berpikir bahwa dia berteman baik dengan orang asing dari negeri yang tidak terlalu asing, memutuskan untuk pulang bersama mereka dan bekerja dengan bahagia di pertanian pegunungan selama sisa hidupnya.

Artikel Terkait