Penulis
Intisari-Online.com -Di tengah ketegangan hubungan dengan AS, Garda Revolusi Iran memamerkan pangkalan bawah tanah rahasia yang penuh rudal di Teluk Arab.
Melansir Reuters, media pemerintah Iran melaporkan Pengawal Revolusi elit Iran meluncurkan pangkalan rudal bawah tanah di lokasi Teluk yang dirahasiakan pada hari Jumat (8/1/2021).
"Pangkalan itu adalah salah satu dari beberapa pangkalan yang menampung rudal strategis Angkatan Laut Pengawal," kata kepala Pengawal, Mayor Jenderal Hossein Salami.
Puluhan truk militer yang dilengkapi dengan senjata anti- kapal terlihat berjejer di dalam pangkalan bawah tanah rahasia milik Iran.
Selain itu, tampak banyak rudal yang dijejer di dalam pangkalan rahasia itu.
Berbicara mengenai persenjataanyang dibutuhkan jika perang terjadi,Iran sebenarnya sudah memiliki persenjataan rudal jarak jauh meskipun jarak jelajahnya belum bisa mencapai daratan AS jika ditembakkan dari Iran.
Tetapi jika menggunakan rudal-rudal yang dimiliki dan bisa ditembakkan dari kapal selam, Iran bisa menghantam pangkalan militer AS di Irak, Afghanistan, Turki, Israel, dan lainnya.
Selain itu rudal kapal selam Iran juga bisa menyerang kapal-kapal tanker AS atau kapal perang AS yang sedang melintasi Selat Hormuz, Timur Tengah.
Iran sendiri hingga kini sedikitnya telah memiliki 5 senjata canggih yang paling ditakuti AS.
Kelima senjata itu antara lain, rudal balistik Sejjil, kapal selam Ghadir, rudal antikapal perang Khalij, rudal S-300 buatan Rusia, dan satu lagi ‘senjata’ berupa gerilyawan Hezbollah yang paling ditakuti oleh Israel sekutu AS.
Rudal Sejjil yang merupakan pengembangan dari rudal Shahab awalnya ternyata merupakan rudal buatan Korea Utara yang berbasis teknologi rudal Rusia.
Rudal yang dirancang untuk bisa membawa hulu ledak nuklir atau peledak seberat 1000 kg itu bisa menjangkau sasaran hingga jarak 2.500 km.
Dengan jarak jangkauan seperti itu daratan Israel dan pangkalan-pangkalan militer AS di Eropa bisa diserang Iran kapan saja.
Khusus untuk kapal selam jenis Ghadir, Angkatan Laut Iran yang selalu berpatroli di Selat Hormuz itu, merupakan kapal perang yang dilengkapi persenjataan torpedo yang bisa menenggelamkan kapal-kapal tanker dan kapal perang AS jenis apapun.
AS sendiri telah menggunakan Selat Hormuz untuk membawa minyak dari kawasan Timur Tengah ke AS sejak tahun 1976.
Jika Selat Hormuz sampai diblokade oleh kapal-kapal selam dan kapal perang Iran, tidak hanya AS saja yang kerepotan untuk mengangkut minyaknya tapi juga Arab Saudi.
Sebagai persenjataan untuk menghancurkan kapal-kapal perang AS, Iran sendiri telah memiliki rudal Khalij yang bisa menghantam sasaran sejauh 300 km.
Rudal yang bisa membawa bahan peledak hingga 650 kg ini bahkan diklaim oleh Iran sebagai rudal yang sangat efektif untuk menghancurkan kapal-kapal induk AS.
Sementara rudal pertahanan udara S-300 buatan Rusia yang sudah dimiliki oleh Iran juga merupakan rudal paling efektif untuk merontokkan jet-jet tempur atau rudal AS yang sedang digunakan untuk menyerang Iran.
Sedangkan pasukan Hezbollah dukungan Iran yang hingga saat ini masih bercokol di Palestina, dikenal merupakan pasukan gerilyawan yang efektif untuk menyerang sekutu AS, Israel.
Oleh karena itu, jika pecah perang AS-Iran, dan Israel ingin segera melibatkan diri, ‘halaman rumah’ Israel sudah terlebih dahulu dihujani ribuan roket dan rudal Hezbollah dari daratan Palestina.
Dengan pertimbangan seperti itu maka jika AS ingin menyerang Iran secara militer memang harus berpikir dua kali.
Agustinus Winardi