Intisari-online.com -Nama Raja Thailand Maha Vajiralongkorn sempat menarik perhatian banyak pihak.
Raja Thailand mencuri perhatian saat ketahuan mengasingkan diri di villa mewah di Jerman bersama 20 selirnya.
Selain keberadaannya di Jerman yang membuat banyak yang heran, publik diherankan dengan kenyataan ia memiliki 20 selir.
Sementara itu, protes terus bergulir di Thailand.
Rakyat Negeri Gajah Putih menyeru Vajiralongkorn untuk segera kembali ke Thailand dan mengurusi negara itu.
Pemerintah Jerman pun mulai sadar akan keramaian tersebut dan mendesak Vajiralongkorn untuk kembali ke negaranya.
Meski begitu, ada hal tidak terduga yang menguntungkan Maha Vajiralongkorn.
Dikutip dari Reuters, rupanya raja Thailand itu tidak memerlukan visa untuk memasuki Jerman lagi.
Vajiralongkorn telah menghabiskan waktu di Jerman sejak tahun 2016.
Raja berumur 68 tahun itu kembali ke Thailand Oktober kemarin di tengah protes mahasiswa meminta ia kembali dan pengunduran perdana menteri.
Perdana menteri Thailand mendapat kekuasaan dalam sebuah kudeta militer, yang dianggap oleh rakyat Thailand sebagai cara yang kurang tepat untuk mendapatkan kekuasaan.
Masih tidak jelas apakah Vajiralongkorn akan kembali ke Bavaria, tempatnya menghabiskan sebagian besar 2020 kemarin.
Kritik terus bergulir karena hotel itu seharusnya tutup tapi ternyata menjadi tempat singgah Vajiralongkorn bersama 20 selirnya.
Kini, pemerintah Jerman sudah memutuskan beberapa hal terkait keberadaan Raja Vajiralongkorn.
Menjawab pertanyaan parlemen dari partai oposisi Linke (Kiri), menteri luar negeri nyatakan raja tidak perlu visa untuk mengunjungi Jerman.
Hal ini karena ia adalah kepala negara.
Sevim Dagdalen, anggota parlemen untuk partai oposisi Linke mengatakan jika raja tidak memerlukan visa maka pemerintah Jerman tidak dapat mempengaruhi berapa lama ia tinggal, tapi setidaknya bisa menyatakan ia sebagai persona non grata (orang tidak diinginkan).
Merespon hal itu, sumber Kementerian Luar Negeri mengatakan Rabu kemarin, "meskipun kepala negara asing tidak memerlukan visa untuk masuk ke negara, Jerman bebas mentoleransi atau tidak mentoleransi tinggalnya Vajiralongkorn karena kedaulatan teritorialnya."
Pemerintah Jerman mengatakan tidak akan diterima bagi raja untuk meneruskan politiknya dari Jerman dan Menteri Luar Negeri Heiko Maas mengatakan Oktober lalu ia memonitor perilakunya.
Sumber di kementerian luar negeri mengatakan mereka tidak punya bukti jika raja lakukan urusan pemerintahannya selama tinggalnya ia di Jerman.
Kerajaan Thailand memiliki kebijakan tidak berkomentar di media dan tidak pernah mengatakan apapun mengenai waktu raja di Eropa.
Sementara itu pengunjuk rasa Thailand telah mengeluhkan mengenai biaya tinggalnya raja di Eropa serta absennya dia dari kerajaan.
Akhir Oktober para pengunjuk rasa berangkat ke Kedutaan Besar Jerman di Bangkok untuk menunjukkan surat meminta Berlin memerhatikan apakah raja telah lakukan urusan pemerintahan di Jerman.
Peran monarki di politik Thailand telah menjadi isu pusat di Thailand.
Banyak rakyat terutama para mahasiswa mendesak untuk mengubah sistem monarki menjadi demokrasi, dengan gunakan tuduhan ketidaksetiaan kepada raja telah digunakan sebagai pergerakan menjatuhkan demokrasi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini