Intisari-Online.com - Bangsa Israel dan Palestina telah berpuluh-puluh tahun, bahkan sampai abad berganti, saling membenci, saling menghancurkan, saling membunuh, dan saling menuduh.
Sudah begitu banyak batu dan bom dilemparkan. Mereka telah membunuh begitu banyak mimpi dan sekaligus pemimpinya.
Konflik mereka—antara Israel dan Palestina—bukan soal perbatasan (meskipun masalah perbatasan juga merupakan salah satu persoalan yang merintangi terciptanya perdamaian; selain masalah status Jerusalem Timur dan nasib para pengungsi, atau lebih tepatnya hak pengungsi Palestina untuk kembali ke kampung halamannya yang mereka tinggalkan karena diusir Israel pada tahun 1948 dan 1967).
Lalu, pada tahun 1947, PBB menawarkan untuk membagi Tanah Palestina menjadi dua negara: negara Yahudi dan Arab.
Baca Juga: Hapus Penat Lewat Pijat Refleksi, Apa Saja Manfaat Lainnya Ya?
Negara-negara Arab memilih untuk terus mengangkat senjata daripada menerima kelahiran negara Yahudi.
Segera setelah Israel menaklukkan Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur pada perang Juni 1967, pemerintah Israel mulai membangun permukiman di wilayah tersebut.
Awalnya berjumlah sedikit, permukiman itu dengan cepat semakin meluas di wilayah Palestina yang diduduki.
Sekarang sekitar 620 ribu pemukim Israel tinggal di lebih dari 200 permukiman, atau sekitar 11 persen dari total populasi Yahudi di tanah Palestina.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR