Intisari-Online.com -Junko Furutaadalah gadis asal Misato, Prefektur Saitama dan sangat populer di sekolahnya SMA Yashio Minami.
Awal kisah nelangsa Furutadimulai ketika seorang lelaki bernama Hiroshi Miyano, yang punya reputasi sebagai tukang bully dan memiliki koneksi dengan Yakuza, tertarik pada kecantikannya.
Miyano menyatakan cinta, namun Furuta menolak dengan alasan ia sedang tak berminat pacaran.
Penolakan dari Furuta membuat Miyano marah besar.
Malam hari pukul 8.30 tanggal 25 November 1988, Furuta pulang dari pekerjaan paruh waktunya dengan menaiki sepeda.
Sayangnya saat itu Miyano dan Nobuharo Minato, kawannya, sedang berkeliaran di Misato untuk merampok dan memperkosa wanita lokal.
Mereka kemudian melihat Furuta yang mengendarai sepeda. Atas perintah Miyano, Minato menendang sepeda Furuta hingga gadis itu terjatuh.
Minato lalu kabur sementara Miyano berpura-pura baru datang dan menawarkan diri untuk mengantar Furuta pulang.
Furuta tak menolak. Namun ternyata ia diarahkan ke sebuah bekas gudang yang tak jauh dari lokasi jatuhnya sepeda.
Oleh Miyano, Furuta kemudian dibawa ke hotel dan menghubungi dua orang temannya, Jo Ogura dan Yasushi Watanabe.
Minato menyusul, dan keempatnya membawa Furuta ke rumah orangtua Minato di distrik Ayase, Adachi.
Pada 27 November, orangtua Furuta mengontak pihak kepolisian karena anaknya tak kunjung pulang. Tak lama berselang, ada telepon dari Furuta.
Ternyata, untuk menghindari pencarian oleh polisi, Miyano memaksa Furuta berbohong bahwa dirinya sedang menginap selama beberapa hari di tempat teman dan meminta agar polisi menghentikan pencarian dirinya.
Sementara ketika di rumah Minato, orangtua Minato tak curiga karena Furuta dipaksa untuk mengaku sebagai pacar dari salah satu penculik tersebut.
Meski tak sepenuhnya percaya, keluarga Minato memilih untuk diam sebab takut dengan Yakuza kenalan Miyano.
Di rumah itulah selama kurang lebih 40 hari ke depan Furuta berkali-kali mendapat penyiksaan yang tingkat kekejamannya melewati logika kemanusiaan.
Bukan hanya oleh keempat lelaki itu, tapi teman-teman Yakuza-nya seringkali diundang untuk turut menyiksa Furuta.
Laporan resmi pengadilan Jepang mencatat penyiksaan dengan detil yang dinarasikan ulang oleh media massa setempat.
Menurut laporan persidangan kasus ini, Furuta diperkosa sebanyak lebih dari 400 kali secara bergilir oleh para lelaki itu.
Furutabahkan juga dijadikan sasaran kekerasan fisik, seringkali ia dipukuli.
Furuta juga dibiarkan kelaparan, tapi ia dipaksa makan kecoak hidup atau meminum urinnya sendiri.
Beberapa bagian tubuhnya dibakar, seperti ditempeli lilin panas atau dibakar dengan rokok dan korek api.
Pada Desember 1988, setelah satu bulan berada dalam penyekapan, Furuta mencoba menelpon pihak kepolisian.
Upayanya gagal karena ketahuan oleh Miyano. Furuta kemudian dihukum, kakinya dibakar sementara anusnya dimasuki botol besar hingga mengalami pendarahan dan kejang-kejang.
Menurut laporan, selama persidangan para pelaku mengira bahwa gadis itu hanya berpura-pura kejang sehingga mereka membakarnya lagi.
Furuta selamat dari semua siksaan itu yang membuatnya terus mengalami pemerkosaan dan siksaan lainnya.
Furuta sampai meminta agar dirinya dibunuh saja agar penderitaannya berakhir.
Namun, para pelaku menolak dan malah memaksanya tidur di balkon. Padahal, saat itu musim dingin.
Karena kerasnya siksaan, ia akhirnya kehilangan kontrol kandung kemih dan ususnya, Furuta lalu dipukuli karena mengotori karpet.
Dia juga tidak dapat makan atau minum karena akan muntah, dan tentu ia akan dipukuli karena ini.
Memasuki Januari, penyiksaan demi penyiksaan membuat kondisi fisik Furuta berubah. Wajahnya membengkak dan luka-luka di sekujur tubuhnya mulai membusuk dan menghasilkan bau tak sedap.
Pada 4 Januari 1989 para pelaku melakukan siksaannya lagi, mereka memukuli Furuta dengan barbel, menendang dan meninju, dan meletakkan dua lilin pendek di kelopak matanya, membakar mereka dengan lilin panas.
Mereka memposisikan Furuta untuk berdiri dan memukul kakinya dengan tongkat. Pada titik ini, dia jatuh.
Furuta akhirnya meninggal setelah serangan yang berlangsung selama 2 jam pada hari itu.
Takut tertangkap polisi, para pelaku kemudian membungkus tubuh Furuta dengan selimut, menempatkannya di drum bervolume 208 liter, dan mengisinya dengan semen basah.
Pada pukul 8 malam, mereka membawa drum ke sebuah daerah bernama Koto di Tokyo, kemudian membuangnya ke dalam truk semen.
Beberapa pelaku ditangkap pada akhir Januari 1989 atas kasus pemerkosaan gadis lain.
Pada 29 Maret, setelah interogasi lebih lanjut, mereka mengakui kejahatan yang mereka lakukan terhadap Furuta dan menyeret pelaku lainnya.
Drum berisi tubuh Furuta ditemukan keesokan harinya, pada 30 Maret 1989.
Tak lama berselang, pengadilan atas kasus ini dimulai dengan mendatangkan seluruh pelaku, namun vonis terhadap pelaku dirasa tidak adil dalam pandangan masyarakat, yang paling ringan adalah hukuman penjara 7 tahun sementara yang terberat 20 tahun.
Hakim kesulitan memenuhi tekanan publik sebab para pelaku masih di bawah umur.
Junko Furuta dimakamkan pada 2 April 1989. Keluarga dan teman-teman dekatnya hadir di sanabersama kesedihan yang mendalam.
Nieko Octavi Septiana