“Tapi ternyata di kerumunan ada banyak pria bersenjata, ASG dan MILF bertaruh pada balapan,” kata Harold.
“Misi yang seharusnya menangkap atau membunuh berubah menjadi baku tembak besar.”
Kegaduhan pecah di arena balapan dengan warga sipil melarikan diri ke segala arah.
Latip mencari senjata tersembunyi dan salah satu anggota LRR segera membunuhnya.
Abu Sayyaf dan teroris Front Pembebasan Islam Moro pun terlibat dalam baku tembak dengan 13 operator LRR.
Salah satu operator ditembak di leher dan tewas. Kedua mayat itu dengan cepat dimasukkan ke dalam jip.
“Karena kami memiliki mayat, orang-orang (musuh) masih mencoba mengejar kami, menembak kami.”
Jip mereka ditembak, jadi mereka menjalankannya dengan kondisi ban kempes.
Mereka dengan cepat turun dari X dan ke area yang lebih aman.
Untungnya, lima tank milik Korps Marinir tiba tepat waktu untuk mendukung misi LRR.
Bertahun-tahun kemudian, seorang perwira intelijen menjelaskan kepada Harold bahwa jika bukan karena Marinir yang diluncurkan untuk melindungi LRR, mereka semua akan terbunuh.
Musuh dengan cepat mengerahkan pasukan mereka di tim LRR kecil.
“Saya pikir itu membuka pintu untuk melakukan lebih banyak misi rahasia,” kata Harold.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR