Advertorial
Intisari-online.com -Seperti yang kita tahu bahwa China dan Rusia kini telah resmi umumkan sebagai aliansi.
Dengan kata lain dua negara kuat ini dianggap sebagai ancaman bagi semua musuh-musuh China.
Padahal kita tahu bahwa China memiliki beberapa musuh seperti India, Amerika, Australia hingga Jepang.
Bersatunya Rusia dan China jelas membuat musuh-musuh mereka ketar-ketir dan perlu mewaspadainya.
Sama halnya dengan negara satu ini, negara yang digadang sebagai musuh China ini mendadak dikejutkan dengan tindakan Rusia.
Menurut 24h.com.vn, pada Jumat (4/12/20), Rusia secara mengejutkan mengerahkan rudal permukaan-ke-udara.
Hal ini membuat negara Asia tersebut kaget bukan main, bahkan marah, karena sebelumnya tidak pernah bermusuhan dengan Rusia.
Lantas benarkah Rusia melakukan tindakan tersebut untuk membantu China, dan negara manakah yang mendapat ancaman tersebut?
Menuru laporan tersebut, negara yang mendapat ancaman dari Rusia tersebut adalah Jepang.
Dilaporkan bahwa Rusia secara tak terduga mengirimkan rudal mereka ke banyak pulau di lepas pantai Hokkaido.
Ketegangan militer antara Jepang dan Rusia terjadi, di tengah meningkatnya perselisihan mengenai Kepulauan Senkaku/Diaoyu dengan China.
Pada 3 Februari, Jepang mengirim catatan memprotes penyebaran massal rudal S-300V4 Rusia di pulau-pulau lepas pantai utara Hokkaido.
Pulau-pulau ini dikuasai oleh bekas Uni Soviet, sekarang Rusia, setelah Perang Dunia II.
Jepang terus mengklaim pulau-pulau kecil ini sebagai bagian dari wilayahnya.
Untuk mengkonsolidasikan kendali atas pulau-pulau itu, militer Rusia mengerahkan serangkaian sistem rudal permukaan-ke-udara 300V4 dan latihan terorganisir.
Rudal 300V4 Rusia memiliki jangkauan hingga 400 km, yang mengkhususkan diri dalam menghancurkan pesawat, rudal musuh.
Selain sistem 300V4, Rusia juga mengirimkan sejumlah pesawat militer ke pulau-pulau yang diklaim Jepang.
Baca Juga: Pantas Sulit Ditangkap Meski Telah 5 Tahun Diburu, Rupanya Inilah Profesi Ali Kalora Dulunya
"Rusia berniat membangun pasukan di wilayah utara Jepang. Tindakan Rusia sepenuhnya bertentangan dengan fakta bahwa pulau-pulau itu milik wilayah kami," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato.
Menurut para ahli, meningkatnya ketegangan militer dengan Rusia di pulau-pulau utara Jepang adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh pemerintahan baru Suga saat ini.
Padahal sengketa Kepulauan Senkaku/Diaoyu dengan China membuat Jepang "pusing".
"Ketegangan dengan Rusia datang di waktu yang sangat tidak tepat karena Jepang semakin membela Kepulauan Senkaku," kata Toshimitsu Shigemura, profesor hubungan internasional di Universitas Waseda di Tokyo.
"Namun, Jepang melakukan yang terbaik untuk mengawasi aktivitas militer Rusia di pulau-pulau kecil di utara," jelas Toshimitsu Shigemura.
"Senkaku masih menjadi prioritas utama Jepang. Oleh karena itu, untuk tindakan Rusia, Tokyo kemungkinan besar akan memprotes hanya melalui jalur diplomatik," tambah Shigemura.
Lebih dari 75 tahun setelah Jepang menyerah dalam Perang Dunia II, Shigemura mengatakan bahwa Perdana Menteri Suga tidak akan dengan mudah membujuk Presiden Putin untuk memberikan Jepang pulau-pulau kecil yang dikuasai Rusia.
"Mantan Perdana Menteri Abe telah berkali-kali bertemu dan membujuk Putin tentang masa depan pulau-pulau kecil di dekat Hokkaido, tetapi hasilnya mengecewakan," kata Shigemura.
"Diplomat Jepang sangat menyadari bahwa tidak mungkin merebut kembali pulau-pulau yang dikuasai Rusia sekarang," imbuhShigemura.
Menurut Ivan Tselichtchev, profesor di Universitas Niigata, Jepang saat ini tidak dapat meminta Rusia untuk mengembalikan pulau-pulau kecil di Utara.
Karena Suga baru saja menjabat dan memiliki sedikit pengalaman dalam bernegosiasi dengan para pemimpin asing.
"Abe memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Putin. Mereka telah membahas pulau-pulau utara tetapi tidak berhasil," kata Tselichtchev.
"Sedangkan Suga tidak memiliki banyak gengsi dan perlu menunggu. Suga akan fokus untuk mempertahankan Kepulauan Senkaku dari Tiongkok. Ini adalah prioritas utama saat ini,"imbuh Profesor Tselichtchev.