Advertorial
Intisari-Online.com - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China masih memanas.
Hal itu terjadi sejakpandemi virus corona (Covid-19) menyebar hingga konflik di Laut China Selatan.
Akibatnya keduanya tidak takut untuk mengeluarkan pasukan militer.
Perlu Anda tahu, AS dan China merupakan dua negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Walau begitu, mereka terus memperkuat kekuatan militer mereka.
Bahkan baru-baru ini seorang petinggi militer AS merasa pihaknya perlu melakukan revolusi teknologi demi bisa mengalahkan China.
Jenderal Mike Milley, Kepala Staf Gabungan militer AS mengatakan bahwa pihaknya perlu sepenuhnya merangkul robotika dan kecerdasan buatan jika ingin mempertahankan keunggulan atas China.
"Kita berada di tengah perubahan mendasar dalam karakter perang," ungkap Jenderal Milley, seperti dikutip dariSouth China Morning Post.
Terkait dengan perubahan mendasar tersebut, Milley mengutip penyebaran amunisi berpemandu presisi, drone, peralatan robotik lainnya, serta komunikasi satelit canggih.
Milley juga megatakan bahwa pihak yang menguasai beberapa aspek teknologi tersebut akan menjadi penentu dalam perang.
"Jika Anda menambahkan kecerdasan buatan dan Anda melakukan kerja sama manusia-mesin, tambahkan itu ke perangkat robotika, masukkan amunisi presisi dan kemampuan sensor, kemampuan senjata hipersonik, dan Anda akan memiliki perubahan mendasar," ungkap Milley.
Milley mengatakan senjata robotik akan ada di banyak sektor dalam 10 atau 15 tahun mendatang.
Ia merasa China akan bisa melakukan perubahan tersebut dengan cepat.
"Mereka tidak ingin menyamai kita."
"Tapi melebihi kita, mendominasi kita, dapat mengalahkan kita dalam konflik bersenjata," tambah Milley yang menyoroti pesatnya perkembangan militer China.
Pandangan Milley ini seolah bertolak belakang dengan misi presiden AS terpilih, Joe Biden, yang mengatakan AS harus mengurangi jejak militernya di luar negeri.
Ini karena pangkalan permanen di tempat-tempat seperti Korea Selatan dan Bahrain membuat pasukan AS, keluarga dan staf mereka rentan.
Meskipun demikian, kabar beredar bahwa Jenderal Milley akan tetap menduduki jabatannya sebagai Kepala Staf Gabungan di era Biden nanti.
(Prihastomo Wahyu Widodo)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Jenderal AS: Kita butuh revolusi teknologi untuk bisa kalahkan China")