Advertorial

Nafsu China Untuk Gempur Taiwan Sudah Membara, Rencana China Untuk Gempur Taiwan Dipastikan Hanya Jadi Angin Saja, Pasalnya China Akan Alami Konsekuensi Mengerikan Ini Jika Nekat Gempur Taiwan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ada sebuah kabar cukup mengejutkan recana China untuk menyerang China bisa dipastikan hanya akan menjadi angin semata.
Ada sebuah kabar cukup mengejutkan recana China untuk menyerang China bisa dipastikan hanya akan menjadi angin semata.

Intisari-online.com - Ketegangan antara Taiwan dengan China terus mencapai titik paling mengkhawatirkan.

China sendiri pernah mengatakan, tinggal menunggu waktu saja sampai mereka melakukan intervensi militer ke daerah Taiwan.

Namun, tampaknya hal itu bukan sederhana yang bakal di selesaikan oleh China dengan mudah.

Karena seperti yang kita tahu Taiwan mencari perlindungan pada Amerika.

Baca Juga: Sudah Dilarang Berulang Kali, Raja Thailand Masih Saja di Jerman, Kecurigaan Jerman Tidak Surut, Ancam Usir Paksa Jika Memang Terbukti Memerintah dari Jerman

Selain itu, Taiwan juga terus memperkuat persenjataan militernya untuk melawan China meski bisa dipastikan mereka tetap kalah jika melawannya.

Tetapi baru-baru ini, ada sebuah kabar cukup mengejutkan recana China untuk menyerang China bisa dipastikan hanya akan menjadi angin semata.

Karena ada kunsekuensi yang cukup serius jika China tetap melakukan serangan ke Taiwan.

Menurut Daily Express, pada Selasa (24/11/20), China diperingatkan akan menghadapi serangan dari seluruh dunia, jika gunakan kekuatan militer untuk melawan Taiwan.

Baca Juga: Indonesia Salah Satunya, Hanya Kalah dari Negara Ini, Berikut 5 Militer Paling Kaya di Asia Tenggara

Robert O'Brien, penasihat keamanan nasional AS, membuat pernyataan itu pada hari yang sama dengan China membuat ancaman kepada seorang laksamana Angkatan Laut AS yang mengunjungi Taiwan.

Ini adalah sumber ketegangan terbaru antara kedua negara adidaya terkait masalah Taiwan setelah negara pulau itu menyetujui kesepakatan senjata multi-miliar dolar dengan pemerintahan Trump.

Berbicara pada hari Senin selama kunjungan ke ibu kota Filipina, Manila, O'Brien mengatakan kepada wartawan.

"Saya tidak dapat membayangkan apa pun yang akan menyebabkan reaksi yang lebih besar terhadap China dari seluruh dunia jika mereka mencoba menggunakan kekuatan militer untuk memaksa Taiwan.," katanya.

"AS bersama teman-temannya di Taipei. Kami akan terus berada di sana," imbuhnya.

Zhao Lijian, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan negara itu dengan tegas menentang pertukaran antara AS dan Taiwan pada jumpa pers.

Baca Juga: Padahal Lebih Dulu Jadi Penjajah di Timor Leste Ketimbang Indonesia, Negara Ini Malah Dipuja Setengah Mati Sedangkan Indonesia Dibenci Setengah Mati Oleh Timor Leste

Reuters melaporkan bagaimana Michael Studeman, seorang laksamana dan direktur intelijen Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat, tiba di Taiwan pada hari Minggu.

Hal ini belum dikonfirmasi oleh Pemerintah AS atau Taiwan.

Di bawah protokol 'satu negara, dua sistem' China, setiap kekuatan asing yang ingin melakukan perjalanan resmi ke Taiwan harus meminta izin dari Beijing.

Pengaturan bilateral antara Taipei dan Pemerintah lain dipandang oleh China sebagai tantangan atas klaim mereka atas Taiwan.

Zhao berkata, "Pihak China akan, menurut bagaimana situasi berkembang, membuat tanggapan yang sah dan perlu."

Kesepakatan senjata AS-Taiwan, yang dipandang oleh Beijing sebagai ancaman bagi kedaulatan mereka.

Termasuk Sistem Pertahanan Pesisir Harpoon buatan Boeing, artileri roket, sensor, dan rudal.

Baca Juga: Begini Susunan Kabinet Baru Amerika Serikat Arahan Joe Biden, Orang-orang Trump Dibuang, Ganti Tunjuk Orang Kepercayaan Era Obama, Pompeo Langsung Digantikan Sosok Ini

Ini memicu tanggapan marah dari presiden China Xi Jinping yang mengatakan kepada pasukan di pangkalan militer untuk mengerahkan semua pikiran dan energi untuk mempersiapkan perang.

China memberi sanksi kepada perusahaan pertahanan AS Lockheed Martin, Boeing Defense, Space and Security, dan Raytheon sebagai pembalasan.

Sementara menolak untuk mengesampingkan penargetan "individu dan entitas" lainnya.

Administrasi Trump menyetujui penjualan lebih dari 15 miliar dollar ASdalam penjualan senjata, dengan 7 miliar dollar AS senjata dijual pada bulan September.

Laporan media lokal di Taiwan mengatakan pada hari Minggu barang-barang yang dibutuhkan untuk membuat kapal selam juga telah disetujui oleh AS.

Kunjungan dari Keith Krach, tokoh pejabat senior AS untuk pertumbuhan ekonomi, energi dan lingkungan, ke Taiwan pada bulan September memicu tanggapan kemarahan China.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan tujuan kunjungan Krach adalah untuk menghadiri upacara peringatan mantan presiden negara itu Lee Teng-hui.

Artikel Terkait