Advertorial
Intisari-Online.com – Hubungan suami-istri menjadi perekat dalam hubungan perkawinan dan ini membuat perkawinan tetap langgeng.
Tentu saja saat melakukann hubungan suami-istri ini akan membuat keduanya mengeluarkan energi besar.
Tak heran beberapa orang akan langsung tertidur sehabis bercinta, walau seharusnya membersihkan tubuh terlebih dahulu.
Hal ini membuat tim psikolog dari University Albany, New York, Amerika Serikat tergerak meneliti hubungan antara pasca sesi bercinta dan keinginan untuk tidur.
Baca Juga: 10 Bagian Tubuh Pria yang Membuat Mereka Panas dan Terganggu
Berdasarkan temuan ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal Evolutionary Behavioral Sciences disebutkan, perempuan lebih mungkin tertidur setelah bercinta dibanding pria.
“Ungkapan bercinta adalah obat tidur alami sering digunakan untuk menangkap gagasan bercinta mungkin memiliki sifat penenang."
"Tetapi belum banyak penelitian tentang efek bercinta terhadap tidur,” kata para penulis seperti dikutip Psychology Today.
"Kami menemukan perempuan lebih mungkin tertidur dibandingkan laki-laki sehabis bercinta."
"Rasa kantuk pasca bersenggama semakin meningkat setelah orgasme terjadi, ini dialami oleh perempuan maupun laki-laki,” tambah para penulis.
Terkait dugaan tidur meningkatkan kemungkinan untuk hamil, peneliti memiliki teorinya sendiri.
Dikatakan, manusia memiliki postur tegak dan gerakan bipedal yang digunakan sebagai alat untuk menavigasi lingkungan secara efisien dan optimal.
Salah satu kelemahan dari postur tegak adalah menempatkan sistem reproduksi perempuan berada di sudut bawah, dan ini terkait gravitasi.
Hal ini tidak ideal untuk mempertahankan sperma dan memaksimalkan kemungkinan pembuahan saat bercinta.
Menurut psikolog, untuk mengatasi masalah tersebut, cairan mani dengan sifat seperti obat penenang bisa membantu, karena mendorong perempuan untuk tertidur.
Cara itu memungkinkan lebih banyak sperma yang disimpan di saluran reproduksi dan selanjutnya meningkatkan kemungkinan pembuahan.
Tahapan survei Demi menguji logika tersebut, para peneliti merekrut 316 sarjana dari kampus University Albany untuk mengikuti survei tentang rutinitas seksual.
Peneliti kemudian membagi peserta berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, antara lain, aktif melakukan kegiatan seksual dan cenderung bercinta di malam hari daripada pagi hari.
Akhirnya peneliti mendapatkan sampel penelitian dari 128 perempuan dan 98 laki-laki.
Mereka diminta mengisi kuesioner yang terdiri dari tiga bagian.
Pertama, penggunaan kontrasepsi dan status hubungan.
Kedua, perilaku masturbasi dan ketiga, riwayat seksual.
Peneliti memiliki tiga pertanyaan utama yakni siapa yang biasanya tertidur setelah bercinta dengan cepat?
Lalu, seberapa sering peserta tertidur setelah mengalami orgasme?
Kemudian, seberapa sering peserta tertidur setelah bercinta tanpa mengalami orgasme?
Jawaban dari pertanyaan tersebut menemukan, baik laki-laki maupun perempuan dilaporkan lebih cepat tertidur setelah orgasme usai bercinta.
Namun, dengan atau tanpa orgasme, perempuan dikatakan lebih mungkin tertidur lebih cepat sehabis bercinta dibanding pria.
Hal terpenting bagi hipotesis ini adalah temuan tidak ada perbedaan gender terkait sifat obat penenang orgasme ketika melakukan masturbasi.
Tapi apabila perempuan sedang menjalani inseminasi, mereka memiliki kemungkinan lebih besar untuk tertidur setelah bercinta.
Ini memperkuat argumen cairan mani mengandung sifat seperti obat penenang. Namun demikian, hasil penelitian ini masih terbatas.
Sebab ukuran sampel relatif kecil dan datanya masih korelasional.
Faktanya, sifat korelasional dari survei ini berbicara kepada kritik yang lebih luas dari bidang psikologi evolusioner.
Sebab, banyak teori yang hampir tidak dapat diuji. Hasil survei juga memperlihatkan perilaku seksual orang dewasa di usia kuliah.
Misalnya, untuk pertanyaan, seberapa sering mengalami orgasme selama bercinta, 50 persen pria melaporkan mengalami orgasme sepanjang waktu.
Sedangkan hanya ada empat persen perempuan yang mengalami hal serupa.
Sebanyak 49 persen perempuan melaporkan mengalami orgasme kurang dari separuh waktu dan ini menjadi respons paling umum.
Lebih lanjut, data menunjukkan, laki-laki lebih banyak melakukan masturbasi dibandingkan perempuan.
Hanya sembilan persen pria yang melaporkan tidak melakukan masturbasi sama sekali dalam seminggu.
Tapi ada empat persen laki-laki yang mengatakan mereka melakukan masturbasi lebih dari 10 kali per minggu.
Sedangkan pada perempuan, 45 persen menyatakan dirinya tidak melakukan masturbasi sama sekali dalam seminggu terakhir.
Sebanyak 44 persen melakukan 1-2 kali masturbasi, 10 persen melakukan 3-5 kali masturbasi, dan kurang dari satu persen melakukan 6-9 kali masturbasi. (Maria Adeline Tiara Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puas Bercinta Bikin Ngantuk, Siapa yang Tertidur Lebih Dulu?"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari