Advertorial
Intisari-online.com - Seperti yang kita tahu Amerika dan Korea Utara memiliki hubungan yang cukup rumit.
Mulai jadi musuh, hingga menjadi teman baik meskipun bukan sebagai sekutu.
Sementara itu, diketahui Korea Utara pernah membuat Amerika sangat was-was dengan aktivitas militernya.
Upaya militer yang dilakukan Korea Utara dipandang membahayakan stabilitas internasional, hingga akhirnya tercipta kesepakatan nuklir tahun 2018.
Bagi sebagian besar orang hal ini cukup menekan Korea Utara, dan hingga kini agresifitas militer yang dilakukan Korea Utara cukup mereda.
Terlepas dari semua itu, baru-baru ini ada sebuah penelitian dari Amerika yang membongkar kekuatan militer Korea Utara.
Menurut Daily Star, pada Kamis (12/11/20), Korea Utara dilaporkan memiliki sebanyak 60 senjata nuklir.
Selain itu mereka juga memiliki 1,2 juta personil militer yang siap berperang kapan saja.
Menurut Institute for National Strategic Studies, bagian dari National Defense University America, membuat pernyataan tegas dalam Strategic Assessment 2020.
Rezim Kim Jong-Un diyakini memiliki 15-60 hulu ledak nuklir dan sekitar 650 rudal balistik.
Ini bisa menyerang kota-kota di Korea Selatan, bersama dengan Jepang dan Cina timur.
Laporan itu memperingatkan, Korut juga telah menguji rudal balistik antarbenua yang mampu menyerang Amerika Serikat, kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan.
Bersama dengan persenjataan nuklir Korea Utara, sekitar 1,2 juta tentara dikerahkan ke depan menuju Zona Demiliterisasi dalam posisi ofensif.
Korea Utaratelah mendanai rudal balistiknya dengan memperdagangkan teknologi militer dengan Iran, klaim laporan itu.
Pada bulan Juli, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Angkatan Darat AS.
Menyatakan bahwa rezim tersebut adalah pemilik agen kimia terbesar ketiga dengan 2.500-5.000 ton dan 20 jenis yang berbeda.
Penulis laporan itu, yang disebut taktik Korea Utara, mengatakan para ilmuwan Kim telah bekerja untuk mempersenjatai antraks atau cacar.
Kemudian berpotensi memasangnya pada rudal untuk digunakan melawan Korea Selatan atau AS.
DiyakiniKorea Utara juga memiliki pasukan lebih dari 6.000 peretas yang beroperasi di negara-negara seperti China , India, dan Rusia .
Laporan tersebut memperingatkan bahwa mereka dapat menjangkau komputer yang ditargetkan di mana pun di dunia.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden AS yang akan datang Joe Biden telah setuju untuk bekerja sama untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara.
Biden menggambarkan Korea Selatan sebagai "kunci utama" keamanan di wilayah tersebut.
Selama percakapan mereka pada hari Kamis, 12 November, menurut juru bicara Moon Kang Min-seok.
Moon meminta Biden untuk berkomunikasi erat tentang denuklirisasi Semenanjung Korea.
Demokrat mengatakan dia akan bekerja sama erat dalam upaya untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara, surat kabat Yonhap melaporkan.