Advertorial
Intisari-online.com -Rupanya bukan hanya Amerika Serikat dan negara barat yang takut dan parno dengan produk China.
Hal yang sama juga ditakutkan oleh Kim Jong-Un, pemimpin tertinggi Korea Utara.
Administrasi Trump sebelumnya telah melarang penggunaan TikTok sebagai tindakan sanksi kepada firma teknologi besar China.
Huawei juga perusahaan yang kena sanksi AS ini.
Kini Korea Utara juga mengejar tindakan serupa kepada teknologi China.
Dikutip dari National Interest, laporan baru katakan jika rezim Korea Utara menolak ponsel buatan China.
Ponsel telah diimpor secara ilegal ke dalam Korea Utara sejak PBB terapkan sanksi di tahun 2017 lalu.
Sanksi tersebut berasal dari program perkembangan senjata nuklir Korea Utara.
Namun pada pertengahan 2019 lalu Washington Post laporkan jika Huawei telah secara rahasia membantu membangun jaringan seluler untuk Korea Utara.
Menurut Daily NK, pihak berwenang dari rezim Korea Utara menggelar pengarahan di Provinsi Yanggang, provinsi yang berdekatan dengan China.
Dalam pengarahan tersebut disebutkan bahwa orang yang menggunakan ponsel buatan China akan menerima hukuman.
Pengarahan diberikan kepada Serikat Perempuan Sosialis Korea.
Pengarahan membiarkan hadirin mengetahui jika perantara pengiriman uang baru-baru saja ditangkap di kota-kota perbatasan.
Serta, biro tenaga kerja dari komite partai provinsi telah ditugaskan mengendalikan masalah.
Pengajar kemudian menyarankan bagi siapapun yang menyembunyikan ponsel mereka harus mengungkapkan identitas mereka.
Hukuman bagi para pengguna ponsel China tidak main-main.
Mereka yang 'tertangkap basah berbicara di telepon dengan orang-orang di luar negeri' akan menjalani 'kerja paksa 5 tahun'.
Kekontrasan teknologi dua Korea
Korea Selatan merupakan produsen ponsel kawakan dan elektronik lainnya, tapi kondisi yang sama tidak terjadi di Korea Utara.
Korea Utara memiliki infrastruktur seluler yang tergolong primitif.
Disebutkan jika jaringan yang ada di negara itu masih setara dengan jaringan 3G, yang sudah ketinggalan zaman di negara-negara lain.
Jaringan 3G menjadi standar di AS pada 10 tahun yang lalu.
Lebih menarik lagi, dari para pemilik ponsel China di Korea Utara dikatakan hanya mengecek ponsel mereka sebulan sekali.
Daily NK melaporkan kasus serupa Oktober kemarin.
Menteri Keamanan Negara yang menugaskan petugas yang beroperasi di area perbatasan telah menyita ponsel-ponsel impor.
Hal itu dilakukan karena pada Desember akan ada kebijakan untuk menghapus ponsel dari luar negeri itu.
Bisnis impor ponsel termasuk bisnis yang mendulang kesuksesan di Korea Utara.
Dilaporkan Reuters musim gugur 2019 kemarin bisnis ini tercatat menjadi bisnis terbesar mereka.
Enam juta warga Korea Utara memiliki ponsel dari hasil impor tersebut.
Jumlah itu setara dengan seperempat populasi Korea Utara.
Ponsel-ponsel tersebut merupakan ponsel jenis Android dengan semikonduktor Taiwan dan baterai buatan China.
Korea Utara sendiri sudah memperkenalkan komputer tablet baru mereka, Naenara 101.
Kim Jong-Un tidak suka dengan warganya yang menggunakan ponsel impor karena tidak ingin warganya berkomunikasi dengan dunia luar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini