Advertorial

Bertahan di Tengah Pagebluk, Para Seniman Wayang Orang Berteman dengan Teknologi

Yasmin FE
Yasmin FE
,
Sheila Respati

Tim Redaksi

Pagebluk Covid-19 memberi dampak besar pada kehidupan masyarakat, terutama bagi para seniman wayang orang. Lalu, bagaimana solusinya?
Pagebluk Covid-19 memberi dampak besar pada kehidupan masyarakat, terutama bagi para seniman wayang orang. Lalu, bagaimana solusinya?

Intisari-Online.com – Pagebluk Covid-19 memberi dampak besar pada kehidupan masyarakat. Perubahan pola hidup untuk menghindari paparan virus corona yang jadi penyebabnya bukan hanya mempengaruhi sektor ekonomi tetapi juga sosial budaya.

Sepanjang pagebluk, berbagai pagelaran seni terpaksa dihentikan karena gedung-gedung pertunjukkan harus ditutup. Gegap gempitanya panggung dan riuh rendah tepuk tangan penonton, kini tak pernah lagi dilihat dan didengat oleh para pecinta seni.

Para pecinta seni kehilangan kesempatan untuk mengaggumi indahnya kesenian yang ditampilkan. Sementara, para seniman kehilangan panggung. Kekhawatiran akan lunturnya kelestarian seni dan budaya menjadi pemikiran mereka. Selain itu, cukup banyak seniman yang menggantungkan hidupnya melalui pentas seni.

Para seniman merindukan kehidupan sebelum pagebluk, di mana kebebasan untuk berpentas dapat diperoleh.

Baca Juga: Cara Mendapatkan Hero Gratis Mobile Legends Bernama Bendetta

Misalnya saja seperti para seniman wayang orang yang tergabung dalam Paguyuban Wayang Orang (WO) Bharata yang kini terpaksa berhenti mengadakan pentas rutin.

Hal ini disampaikan oleh seniman wayang orang sekaligus sutradara WO Baratha Teguh “Kenthus” Ampiranto, pagebluk membuat ia dan para rekannya terpaksa berhenti mengadakan pentas rutin.

“Adanya pagebluk, membuat kami jadi terpaksa tertunda berkarya, dahulu, minimal seminggu sekali di malam minggu, kami mengadakan pentas Wayang Orang,” kata Kenthus.

Kegiatan pentas menurutnya, ikut berhenti semenjak munculnya pagebluk. Pagelaran wayang orang tidak dilangsungkan di gedung pertunjukkan terhitung sejak 8 bulan lalu.

Baca Juga: Smartfren Umumkan Adanya Kenaikan Trafik 24 Persen dan Upaya Stabilkan Jaringan

Saat ini, paguyuban pun hanya mengandalkan bantuan donasi dari para sukarelawan maupun para penikmatnya, untuk mempertahankan eksistensi.

“Ada berbagai donatur yang peduli akan WO, dan memberikan donasi seiklhlasnya,” lanjut Kenthus.

Tidak hanya pagelaran wayang orang di gedung pertunjukkan, sanggar yang dikelola paguyuban ini pun sulit untuk memberikan pelatihan tari secara langsung akibat keharusan mematuhi protokol kesehatan.

Namun, Kenthus mengaku, situasi pagebluk tak membuat para seniman patah arang. Percepatan digitalisasi di era modern, menjadi secercah harapan baru untuk tetap berkarya dan melestarikan kebudayaan.

Baca Juga: Ini Cara Share Lagu Untuk Kodein Gebetan Kamu ke Status WhatsApp

“Pagebluk ini, membuat kami jadi lebih melek teknologi. Ternyata kami masih bisa berkarya melalui online, salah satunya melalui live streaming wayang orang dewasa dua minggu sekali,” lanjut Kenthus melalui wawancara telepon dengan redaksi National Geographic Indonesia, Kamis (29/10/2020).

Memanfaatkan teknologi

Ramainya penggunaan video conference di kala pagebluk, diakui Kenthus menjadi titik balik kebangkitan WO Baratha. Hal ini ditandai dengan kembalinya pagelaran wayang orang yang diselenggarakan untuk merayakan 15 tahun National Geographic Indonesia.

Pagelaran virtual yang dilaksanakan pada 27 Juni 2020 silam tersebut mengangkat tema “Sirnaning Pageblug” yang bermakna “Hilangnya Pageblug”. Pagelaran tersebut terlaksana berkat kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dan National Geographic Indonesia dalam rangka mencari solusi bagi pentas kesenian di tengah pagebluk.

Tak tanggung-tanggung, pagelaran ini pun berhasil mencatat rekor MURI untuk kategori pagelaran Wayang Orang pertama melalui platform online. Meski begitu, Kenthus menyebut, pagelaran WO tetap memegang pakem tradisi, yang berubah hanyalah cara penyampaiannya.

Baca Juga: Cara Mudah Kembalikan Data MS Word yang Belum Tersimpan di Laptop

“Pakem tetap dijalankan, hanya saja cara penyampaian yang berubah, ini juga yang perlu diperhatikan. Apalagi kendala biasanya ada di koneksi internet,” lanjutnya.

Kesuksesan pentas tari inilah yang membuat kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dan National Geographic Indonesia berlanjut. Demi menjaga konsistensi dalam melestarikan kebudayaan bangsa Pertamina dan National Geographic Indonesia pun merangkul Paguyuban WO Bharata untuk menyelenggarakan Kelas Tari Dasar (Rantoyo) bersama WO Bharata pada Kamis, (5/11/2020).

Kenthus menyebut, kelas tari dasar merupakan salah satu langkah awal untuk menapaki dan melestarikan Wayang Orang melalui gerakan pemula. Berbagai gerakan tari pada kelas ini pun, merupakan teaser untuk pagelaran seni Hanoman Duta pada 8 November 2020.

“Gerakan dasar yang digunakan pada kelas Rantoyo ini, merupakan cuplikan untuk agenda selanjutnya. Harapannya, masyarakat terutama kaum muda, jadi sadar akan keindahan dan kebudayaan ini. Gerakannya pun sederhana,” tutup Kenthus.

Baca Juga: 5 Smartphone Paling Kencang Oktober 2020, Huawei Mate 40 Pro Jawara!

Tak hanya berfokus pada pelestarian wayang orang, kolaborasi ini pun turut mendukung pelestarian Tari Bengkala Bali melalui sanggar Tari Kolok serta Tari Topeng sanggar Mimi Rasinah. Ke depan, berbagai kelas serupa juga dapat dinikmati secara online.

Di samping itu, untuk mendorong peningkatan ekonomi para seniman maupun masyarakat di tengah kondisi pageblug, National Geographic Indonesia dan PT Pertamina (Persero), tergerak untuk menghadirkan workshop virtual bertema pemanfaatan konten digital.

Salah satunya berupa pembuatan konten, sosial media, serta digital marketing, yang diselenggarakan pada bulan Oktober lalu.

Untuk menikmati keindahan seni wayang orang, sekaligus mengenal lebih dekat budaya Indonesia. Anda dapat mengikuti langsung kelas tari ini, melalui laman pendaftaran Kelas Rantoyo. Mari jaga kebudayaan bangsa mulai dari sekarang.

Artikel Terkait