Advertorial
Intisari-Online.com - Semut merupakan salah satu kelompok hewan paling sukses di planet ini.
Mereka dapat beradaptasi dengan baik di berbagai kondisi.
Mulai dari tanah beriklim sedang hingga hutan hujan tropis, bukit pasir gurun, dan meja dapur.
Tak heran semut telah menjadi subyek penelitian selama berabad-abad dalam hal perilaku, ekologi, dan genetika mereka.
Salah satu kunci letak keberhasilan dalam beradaptasi mereka adalah kemampuan kerja tim yang tak terbantahkan lagi.
Namun, selain itu, ada yang luput dari perhatian, yakni dari mana kekuatan semut ini berasal?
Seperti yang kita tahu, semut terkenal akan kemampuannya untuk mengangkat atau menyeret benda berkali-kali lipat dari berat badannya sendiri menuju koloni mereka.
Hal ini yang akhirnya menarik perhatian peneliti untuk mempelajarinya.
Seperti dikutip Phys, Senin (26/10/2020), peneliti menemukan bahwa semut ternyata dulunya memiliki sayap.
Mereka berevolusi dari serangga terbang.
Hilangnya kemampuan terbang itu rupanya ada hubungan dengan kekuatan tubuh mereka.
"Kami selalu berasumsi bahwa kehilangan sayap membantu mengoptimalkan tubuh mereka untuk bekerja di darat."
"Namun, bagaimana itu bisa terjadi."
"Itu yang kami pelajari," ungkap Evan Economo, peneliti dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST).
Dalam studinya, peneliti mengambil gambar sinar-x dan membuat model 3D semut untuk menganalisis otot dan kerangka internal.
Dengan metode tersebut, peneliti dapat memperoleh gambaran yang sangat detail dengan apa yang terjadi pada dada semut.
Usai analisis tersebut, peneliti berhipotesis bahwa semut pekerja yang kehilangan kemampuan terbangnya terkait dengan evolusi kekuatan.
Meski terlihat menyenangkan, pada kenyataannya terbang memberikan kendala pada pembentukan tubuh.
Studi yang telah dipublikasikan di Frontiers in Zoology ini mengungkap, pada serangga terbang, otot sayap menempati sebagian besar dada, terkadang lebih dari 50 persen.
Ini berarti otot-otot lain yang digunakan untuk menopang dan menggerakan kepala, kaki, dan perut menjadi terkekang dan tertekan pada eksoskeleton.
Namun begitu, kemampuan terbang dihilangkan, semua ruang di dada kemudian terbuka.
Hal tersebut akan memungkinkan otot-otot tersisa untuk mengembang dan mengatur ulang.
"Hilangnya kemampuan terbang semut membuat otot membesar dan memberikan semut lebih banyak kekuatan dan tenaga," papar Christian Peeters, penulis utama studi ini.
Langkah selanjutnya peneliti berencana mengembangkan model biomekanik untuk meneliti bagaimana kelompok otot yang berbeda berfungsi.
Termasuk melakukan penelitian pada rahang bawah, kaki, serta eksplorasi keragaman di antara spesies semut.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dulu Semut Punya Sayap, ke Mana Hilangnya?"