Advertorial
Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, Timor Leste adalah negara yang sedang dalam proses pembangunan besar-besaran.
Untuk mencapai ke arah negara yang maju, pembangunan infrastruktur diperlukan oleh negara yang merdeka dari Indonesia itu.
Salah satu investor terbesar Timor Leste adalah China dan Australia.
Namun, banyak jurnalis di seluruh dunia mengkhawatirkan perkembangan hubungan antara China di Timor Leste.
Karena seperti diketahui, China sering mentargetkan negara kecil untuk proyek pembangunan Belt And Road Initiative (BRI), dengan menerapkan diplomasi jebakan utang.
Timor Leste disebut-sebut sebagai salah satu negara yang berpotensi jatuh ke dalam jebakan utang China.
Namun, negara kecil itu ternyata sempat marah ketika negara disangkutkan dalam hubungan yang mengkhawatirkan dengan China.
Seperti dikutip dari Global Times, mantan Presiden Timor Lest Ramos Horta bahkan pernah menulis pernyataan resmi karena geram dengan prediksi tersebut.
"Baiklah, jurnalis konyol lainnya menulis dengan sedikit imajinasi tentang "orang China yang berbahaya" di Timor Leste," tulis Ramos Horta.
"Tapi kali ini bukan seorang jurnalis atau akademisi Australia yang membayangkan "pengaruh China" di Timor Leste, biang keladinya adalah jurnalis Jepang," ungkapnya.
Kemudian Ramos Horta menuliskan bahwa semua isu tersebut semua berawal dari pernyataan jurnalis asal Jepang.
"Dan jurnalis Jepang terkenal tidak bisa dan tidak ingin berpura-pura "objektif" ketika menulis tentang China," ungkap Ramos Horta.
Ternyata semua kekesalan Ramos Horta berawal dari tulisan Jurnalis Jepang ini pada 2017 silam.
Diketahui, Jun Suzuki-San menulis di surat kabar Nikkei, "Timor Lorosa'e terletak di titik strategis secara geopolitik, antara Pasifik dan samudra Hindia, dan para tetangga khawatir China akan meningkatkan kehadirannya di negara itu tidak hanya secara ekonomi tetapi juga secara militer. Ini bukannya tidak berdasar. ketakutan - kapal perang China melakukan kunjungan pertama mereka ke Dili tahun lalu."
Kemudian Ramos Horta menjelaskan dalam 15 tahun sejak pemulihan kemerdekaan, sebuah kapal perang Tiongkok melakukan satu panggilan pelabuhan bersahabat.
"Pada periode yang sama kami memiliki banyak kapal perang AS, Australia dan Prancis yang berlabuh di pelabuhan kami. Semua mendapat sambutan hangat. Tidak ada yang luar biasam" katanya.
Tak hanya itu Ramos Horta juga menjelaskan kerja sama yang terjalin dengan kapal asing yang berlabuh di Timor Leste.
"Beberapa kontrak terbesar yang pernah ditandatangani oleh perusahaan TL Pemerintah bukanlah kepada orang Cina tetapi kepada perusahaan Prancis, untuk pelabuhan perairan dalam di Dili yang baru senilai 400 juta dollar AS, dan kepada perusahaan Korea (Korea Selatan) untuk proyek basis pasokan Suai yang dihargai. dengan 700 juta dollar AS," jelasnya.
Ramos Horta juga menganggap bahwa Suzuki-san tampaknya kurang mendapat informasi. Bisa dimengerti.
Seperti kebanyakan jurnalis Suzuki-San mampir satu atau dua hari, tiba dengan prasangka anti-China di buku catatannya dan mencari tanda-tanda "orang China" yang berbahaya.
Bagi Ramos Horta Cina adalah pemain ekonomi dan keuangan global utama.
"Ia memegang triliunan dolar dari utang negara AS. China berinvestasi di seluruh dunia, termasuk di Australia," ungkapnya.
"Siapa yang harus mengkhawatirkan pengaruh Tiongkok dan di mana?" katanya.
"Tapi saat orang Cina membangun satu atau dua bangunan di sini di TL, mereka menangis," imbuh Ramos Hirta.
"Tapi kita seharusnya tidak terlalu mempermasalahkan jurnalis konyol dan dramatis akademis tentang pengaruh "orang China" di Timor Leste," paparnya.
Ungkapan tersebut ditulis oleh mantan Presiden Timor Leste Ramos Horta, yang dimuat oleh Asian Review dan diterbitkan kembali oleh media asal China Global Times tahun 2017.