Advertorial

Saat Soeharto Memaksa Soekarno Kosongkan Istana, Bung Karno Tinggalkan Seluruh 'Harta Karunnya' yang Menggunung Ini, Hanya Bawa 1 Benda Kramat Ini 

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Sebagai presiden pertama Indonesia, fakta-fakta mengenai Ir. Soekarno selalu menarik untuk dibicarakan.

Walah menjelang akhir kekuasaannya namanya menurun, tapi tidak ada yang bisa menolak pesona Bung Karno.

Termasuk entang berakhirnya masa jabatan Presiden Soekarno.

Adabanyak kisah yang cukup unik terjadi dan diulas sejumlah penulis Indonesia.

Baca Juga: 9 Hari Terjangkit Virus Corona, Kini Donald Trump Kembali Muncul di Depan Publik Tanpa Mengenakan Masker, Desak Ratusan Pendukungnya untuk Coblos Dirinya dan Klaim Siap Kampanye Lagi

Menjelang akhir kekuasannya,Soekarnopernah dipaksa keluar Istana olehSoeharto.

Di mana pada masaitu, era kekuasaanSoehartopun perlahan mencuat ke permukaan.

Saat meninggalkan Istana Kepresidenan,Soekarnomeninggalkan sejumlah barang berharga miliknya.

Di antaranya berbagai kemeja favorit, arloji Rolex, dan berbagai barang berharga lainnya.

Baca Juga: Banyak Dihuni Negara Maju, Nyatanya Eropa Kewalahan dan Dianggap Tak Bisa HadapiGelombang 2 Pandemi Covid-19, 'Mereka Kekurangan Ruang dan Tempat Tidur di Rumah Sakit'

Meski demikian, ada satu barang berharga yang justru dibawa olehSoekarno.

"Ketika meninggalkan Istana Kepresidenan, Bung Karno hanya membawa benda yang merupakan salah satu simbol dari 1001 kisah pengorbanannya untuk menyelamatkan bangsa Indonesia," tulis Ajdi Nugroho.

Benda yang dibawa, dan digenggam erat olehSoekarnoitu adalah bendera pusaka, Sang Saka Merah Putih.

"Bendera itu hanya dibungkus dengan kertas koran," tandas Adji Nugroho.

Sementara itu dalam kisah lainnya,Soekarnopernah diajak melarian diri oleh para loyalisnya.

Itu seperti yang ditulis dalam buku "80 Tahun Sidarto Danusubroto Jalan Terjal Perubahan Dari AjudanSoekarnoSampai Wantimpres Joko Widodo," terbitan Kompas tahun 2016 lalu.

Dalam buku itu disebutkan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang mengawalSoekarnodigantikan oleh Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas Pomad), pada 16 Agustus 1967.

Pergantian itu membuatSoekarnosempat down. Hingga Soekarno merasa kehilangan segalanya.

Sebab, DKP merupakan ring satu yang selalu menjaganya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

"Karena Komandan DKP Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo sudah ditahan."

"Sudiyo dan beberapa perwira DKP bersama beberapa perwira Korps Komando Angkatan Laut/ sekarangn Marinir (KKO), sekitar 15 orang mengadakan rapat-rapat untuk merancang rencana melarikan Bung Karno dari tahanan," tulis Sidarto.

Baca Juga: Tubuhnya Dipenuhi Sampah dan Kotoran Manusia, Kondisi Ibu dan Anak Ini Begitu Memprihatinkan Ketika Ditemukan Warga, 'Tak Keluar Kamar Sejak Sang Ayah Meninggal'

Rapat itu mereka adakan di rumah seorang loyalisSoekarno, AKBP Oetoro, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Mereka meminta saya hadir dalam pertemuan tersebut," ungkap Sidarto.

Menurut Sidarto, mereka mengundang dirinya karena menganggap dia adalah ajudan yang dekat denganSoekarno.

Mereka pun menyampaikan pesan untukSoekarno.

"Bilang pada Bapak, daripada Bapak meninggal dalam keadaan tersiksa seperti ini, lebih baik sama-sama kita," lanjut Sidarto.

Sidarto pun menyampaikan hal itu kepadaSoekarno danSidarto pun merasa terkejut.

Sebab, dia sama sekali tidak menyangkaSoekarnobersedia dilarikan diri dari tahanan.

Bahkan,Soekarnojuga menyampaikan sebuah pesan.

"To, kalau terjadi apa-apa dengan saya, beritahu Mega," kenang Sidarto menirukan ucapanSoekarno.

Menurut Sidarto, MegawatiSoekarnoputri, putrinya, pun pada akhirnya mengetahui rencana ini.

Sayang, rencana tersebut akhirnya terbongkar.

Baca Juga: Ada6,9 Juta Kasus Positif di India, Justru Lansia di Atas 65 Tahun Lebih Aman Ketimbang Anak Muda, Bahkan Anak-anak Dapat Sebarkan Virus

Penyebabnya satu hal.

"Rencana melarikan Bung Karno terbongkar karena saya rasa yang mendengar konspirasi ini cukup banyak sehingga mudah tercium aparat intelijen," kata Sidarto.

Akibatnya, Sidarto pun diinterogasi selama empat tahun oleh Tim Screening Kepolisian Pusat (Tenning Polsat), dan Tim Pemeriksa Pusat (Teperpu).

Sidarto dianggap sebagai penghubungSoekarno.

"Setiap ditanya tentang rencana ini, saya selalu membantah pernah lapor kepada Bung Karno."

"Saya ikut rapat dua kali dengan mereka karena solidaritas saja," tandas Sidarto.

(Aminudin)

(Artikel ini telah tayang ditribunbatam.iddengan judul "Dipaksa Soeharto Kosongkan Istana, Soekarno Tinggalkan 'Harta Karun', Salah Satunya Arloji Branded")

Baca Juga: Ketika Larangan Masuk Amerika Serikat untuk Prabowo Subianto Dicabut Setelah 20 Tahun, Amnesty Internasional Sebut Ini Bencana untuk HAM, Apa Maksudnya?

Artikel Terkait