Advertorial

Tak Hanya Perempuan, Anak Laki-laki dan Laki-laki Dewasa Juga Banyak yang Dipasung, Dibiarkan Telanjang, Dipuluki, dan Dilecehkan Secara Seksual

Mentari DP

Penulis

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau World Mental Health Day pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992. Tahun ini sudah 28 kali.
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau World Mental Health Day pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992. Tahun ini sudah 28 kali.

Intisari-Online.com - Pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2020 adalah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atauWorld Mental Health Day.

Diketahui bahwaHari Kesehatan Jiwa Sedunia pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992.

Maka tahun ini, peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia berlangsung untuk yang ke-28 kalinya.

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992.

Baca Juga: Walau Jalani Pelatihan Brutal dan Tak Manusiawi, Nyatanya Pasukan Khusus Filipina Ini Tetap Kewalahan Hadapi Militan ISIS, Langsung Minta Bantuan Kopassus TNI AD

Dikutip dari situs resmi World Federation For Mental Health (WFMH), sejak pertama kali pada 1992, peringatan ini menjadi agenda tahunan WFMH.

Pada 1992, peringatan ini diinisiasi oleh Wakil Sekretaris Jenderal, Richard Hunter.

Pada Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, dilaporkan ada ratusan ribu laki-laki, perempuan, dan anak-anak di sekitar 60 negara terbelenggu masalah kesehatan mental, menurut laporan Human Rights Watch, Selasa (6/10/2020).

Tanpa dukungan atau kesadaran kesehatan mental, keluarga atau institusi sering membelenggu orang yang bertentangan dengan keinginan mereka.

Baca Juga: Susah Payah Merdeka dari Indonesia, Nyatanya Timor Leste Pernah Porak-poranda Hanya Karena Satu Orang, Berani Tembak Presidennya sampai 150 Militer Australia Kewalahan Menangkapnya

Dipasung bertahun-tahun

Selain itu, juga meninggalkan mereka makan, tidur, buang air kecil dan buang air besar di satu tempat kecil, kata pengawas hak asasi manusia itu dalam sebuah laporan.

Dipasung bertahun-tahun Melansir Reuters, Selasa (6/10/2020), laporan dari Human Rights Watch yang mendokumentasikan melalui hampir 800 wawancara tentang bagaimana penyandang disabilitas psikososial di negara-negara seperti China, Indonesia, Nigeria, dan Meksiko dapat hidup dalam belenggu selama bertahun-tahun.

Disebutkan, mereka selama bertahun-tahun dirantai ke pohon, dikunci dan terpenjara dalam kandang hewan.

"Kami telah menemukan praktik belenggu lintas agama, strata sosial, kelas ekonomi, budaya dan kelompok etnis."

"Ini adalah praktik yang ditemukan di seluruh dunia," kata peneliti senior hak disabilitas di Human Rights Watch, Kriti Sharma dalam sebuah wawancara.

Kementerian Luar Negeri China dan Kementerian Kesehatan Meksiko tidak segera menanggapi surel permintaan komentar dari Reuters.

Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Nigeria mengatakan kementerian belum melihat laporan itu dan menolak berkomentar.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia telah melarang pasung orang dengan kondisi kesehatan mental pada 2019 dan menuntut mereka yang melakukannya.

Hal itu disampaikan oleh pejabat senior di Kementerian Sosial RI Harry Hikmat.

Baca Juga: Menham Prabowo Subianto Diundang Menhan AS:Saking Akrabnya MiliterIndonesia dan Militer AS, Mereka Tak Hanya Latihan Militer, Tapi Juga Lakukan Hal Ini

Pelecehan

Di Nigeria pada tahun lalu, penggerebekan pihak berwenang di pusat rehabilitasi Islam menjadi berita utama global setelah anak laki-laki dan laki-laki dewasa menceritakan mereka dibelenggu, dibiarkan telanjang, dipukuli, dan dilecehkan secara seksual.

Human Rights Watch mengatakan, di pusat-pusat yang dikelola negara dan swasta serta lembaga pengobatan tradisional dan keagamaan di seluruh dunia, para petugas menolak makanan orang, memaksakan obat-obatan pada mereka, dan melakukan kekerasan fisik dan seksual.

Sharma berujar, di banyak negara, layanan ini adalah 'bisnis yang sangat menguntungkan'.

Lembaga pengawas itu mengatakan keluarga sering membelenggu orang yang mereka cintai karena takut mereka akan melarikan diri dan menyakiti diri sendiri atau orang lain.

"Saya telah dirantai selama lima tahun," kata seorang pria Kenya bernama Paul kepada Human Rights Watch.

"Saya tinggal di sebuah kamar kecil dengan tujuh pria."

"Saya tidak diperbolehkan memakai pakaian, hanya pakaian dalam."

"Saya makan bubur di pagi hari dan jika beruntung, saya menemukan roti di malam hari," kata dia.

(Dandy Bayu Bramasta)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Ribuan Orang Dipasung karena Kesehatan Mental")

Baca Juga: Masih Batuk-batuk hingga Suaranya Sempat Hilang saat Wawancara, Donald Trump Ngotot Tetap Lakukan Kampanye dengan Ribuan Massa, 'Saya Sudah Membaik'

Artikel Terkait