Advertorial
Intisari-online.com -Menjelang pemilihan presiden terutama di negara-negara yang mengusung demokrasi, debat calon presiden dan wakil presiden adalah salah satu acara yang ditunggu-tunggu.
Menjumpai kandidat yang akan bertarung untuk memimpin suatu negara di tengah ruang keluarga sudah menjadi hal yang harus disaksikan terutama menjelang pemilu.
Namun siapa sangka, pergerakan yang tuangkan teknologi dalam pesta demokrasi ini baru dimulai di AS tahun 1960 silam.
Sedangkan mundur ke abad ke-19 saat calon presiden Abraham Lincoln dan kandidat satunya Stephen Douglas, para pemilih tidak punya banyak kesempatan untuk melihat kandidat secara dekat.
Kala itu, sedikit warga bisa menilai penampilan, suara dan pendapat calon orang nomor satu di AS.
Sedangkan di Indonesia, saat itu masih zaman penjajahan Belanda.
Namun Amerika Serikat memulai tayangkan debat presiden Senin, 26 September 1960.
Mengutip National Geographic Indonesia, di studio WBBM, Chicago, momen bersejarah itu pun dimulai.
Sebuah hari yang mengubah lanskap politik modern.
Kandidat pertama adalah Richard M. Nixon, seorang Wakil Presiden.
Kandidat berikutnya adalah Senator AS, John F. Kennedy.
Penonton kala itu hampir 70 juta orang.
Pada saat pemilihan presiden dengan calon Abraham Lincoln dan Stephen Douglas, penonton debatnya tak sampai puluhan juga.
Namun, tahun 1960 terjadi revolusi, muka Kennedy dan Nixon sampai ke ruang keluarga.
Nixon saat itu adalah kandidat yang lebih favorit dimenangkan.
Ia lebih diunggulkan karena telah menjadi Wakil Presiden Dwight Eisenhower selama 8 tahun.
Baca Juga: Saat Amerika Kirim 22.395 Ton Peralatan Perang ke Israel, Uni Soviet Tak Mau Kalah Bantu Arab
Ia juga menguasai televisi dalam pidato "Checkers" tahun 1953.
Saat itu ia menyanggah tuduhan dana gelap dan berbicara tentang anjing peliharaannya, Chekcers.
Ia juga mengungguli perdebatan besama Nikita Khruschev dalam The Kitchen Debate (1959).
Sedangkan Kennedy merupakan sosok senator bermodal fotogenik dan energik.
Baca Juga: Terungkap, Ini yang Dikatakan JF Kennedy Kepada Istrinya, Sesat Sebelum Meninggal karena Ditembak
Namun ia tak gentar saat itu.
"Nixon mungkin telah memperdebatkan Khrushchev, tapi saya harus berdebat dengan Hubert Humphrey."
CBS, stasiun televisi yang menayangkan debat perdana itu menugaskan produser berusia 38 tahun bernama Don Hewitt untuk mengelola acara.
Dia adalah produser kondang pembuat acara "60 minutes" di CBS.
Baca Juga: Aktor Politik dan Manuver Kotor Pemilu Presiden Amerika Serikat
Hewitt mengundang kedua kandidat ke pertemuan pra-produksi, tapi hanya Kennedy yang menerima tawaran tersebut.
Ketika datang untuk debat, Nixon terlihat sakit, baru-baru itu memang ia dirawat karena cedera lutut.
Namun ia membatalkan debat.
Dalam Constitutioncenter.org, disebutkan, Nixon menolak memakai riasan panggung ketika Hewitt menawarkanya.
Ia tampak pucat dan lelah di televisi.
Sedangkan Kennedy terlihat bagus karena ia punya tim periasnya sendiri.
Kedua pria itu berdiri sangat kontras.
Di layar hitam-putih, Kennedy dominan dengan latar belakang terang dengan setelan gelap.
Sementara Nixon berbaur dengan latar gelap pas dengan setelah abu-abu mudanya.
Dan Rather, reporter muda bekerja untuk stasiun KHOU Houston saat itu memberikan impresi saat ia baru memulai karir.
"Di TV, gaya sangat penting. Untuk selalu melihat ke kamera, ke ruang tamu penonton," kenangnya di National Geographic.
“Kennedy tetap menatap lurus ke depan, melibatkan pemirsa TV-nya.
"Tapi Nixon terus melihat ke kiri dan ke kanan, menyapa para reporter di studio.
"Efeknya adalah Kennedy tampak percaya diri; Nixon sepertinya dia tidak ingin berada di sana," tambahnya.
Selain itu, katanya, debat kepresidenan sebaiknya memperhatikan seni pencahayaan dan tata rias khas TV, dan fokus pada penonton di rumah, bukan penonton studio.
Keduanya bersaing ketat. Nama Nixon melonjak pada hari menjelang debat.
Namun setelahnya, pada hasil pemilihan, Kennedy unggul 49,72 persen sedangkan Nixon 49,55 persen.
Rather, menambahkan, "Demi Tuhan, kenakan setelan gelap!"
(Fikri Muhammad)
Artikel ini telah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul "Di Balik Layar Siaran Televisi Pertama untuk Debat Presiden AS"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini