Advertorial
Intisari-Online.com - Permintaan maaf Kim Jong-un untuk Korea Selatan atas penembakan pejabatnya oleh tentara Korea Utara mengejutkan orang-orang.
Pasalnya, Kim Jong-un selama ini terkenal akan kekejamannya, justru sanggup 'membungkukkan badan' untuk meminta maaf tak lama setelah peristiwa nahas itu.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang sebelumnya murka dan mengecam tindakan tentara Korea Utara, telah menanggapi permintaan maaf Kim Jong-un.
Mengutip wionerws.com (28/9/2020), Moon Jae-in menyebut permintaan maaf Kim Jong-un sebagai sesuatu yang 'sangat langka', dalam pertemuan dengan sekretaris senior.
Selain itu, ia melihatnya sebagai tanda bahwa Korea Utara tidak ingin hubungan mereka memburuk.
"Belum pernah terjadi sebelumnya, sangat langka dan spesial," katanya.
Dia menambahkan bahwa komunikasi harus dilanjutkan untuk mencegah masalah di masa depan.
Sementara itu, Korea Utara belum menanggapi seruan untuk penyelidikan bersama.
Justru Korea Utara menuduh Korea Selatan telah meningkatkan ketegangan dengan mengganggu perairan teritorialya.
Hal itu terjadi ketika Korea Selatan memperluas pencarian seorang pejabat perikanan yang hilang yang dibunuh oleh pasukan Korea Utara.
Korea Selatan pun menyangkal tuduhan tersebut dengan mengklaim bahwa mereka tidak melintasi batas utara.
"Kami tidak pernah melintasi Garis Batas Utara ke sisi Utara, tetapi ada perbedaan dalam cara kedua Korea menandai perairan," kata Letnan Penjaga Pantai Korea Selatan Lee Hong-chear, mengacu pada demarkasi maritim yang disengketakan yang berasal dari akhir Perang Korea 1950-1953.
Sedikitnya enam pesawat dan 45 kapal ikut serta dalam pencarian, termasuk 36 kapal dari penjaga pantai dan angkatan laut, dan sembilan kapal dari kementerian perikanan dan pemilik swasta, kata Lee.
Sementara menurut Moon Jae-in dalam pertemuan dengan sekretaris senior, memulihkan kantor penghubung akan memfasilitasi komunikasi dan operasi penyelamatan di masa depan.
Ia melihat kesempatan itu karena kedua belah pihak terus mencari tubuh pejabat pria yang hilang setelah ditembak.
Seperti diketahui Korea Utara memutuskan kantor penghubung antar-Korea beberapa waktu lalu karena hubungan memburuk.
Itu merupakan kemerosotan hubungan yang terjadi setelah pemulihan hubungan pada tahun 2018 lalu.
Seperti diketahui, tahun 2018 terjadi pertemuan bersejarah antara Kim Jong-un dan Moon Jae-in.
Kemudian Korea Utara dan Korea Selatan menandatangani deklarasi, yang berfokus pada meredakan ketegangan militer antara kedua negara.
Deklarasi Bersama Pyongyang juga menampilkan kerja sama ekonomi, yang belum benar-benar terwujud, dikutip dari Arab News.
Kedua negara berupaya menormalkan kompleks industri Gaeseong yang terletak di dekat perbatasan, serta melanjutkan pengembangan Proyek Wisata Gunung Geumgang, yang terletak di wilayah Korea Utara, menjadi zona pariwisata bersama khusus.
Kedua negara juga menyepakati kerja sama dalam pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya dalam konteks epidemi dan penerapan tindakan darurat untuk mencegah ketidakpercayaan.
Namun, pembelotan selama dua tahun terakhir merusak kepercayaan antara kedua negara.
Hingga puncak kemuakan Korea Utara atas aksi pembelot membuat negara pimpinan Kim Jong-un itu membakar kantor penghubung antar-Korea.
Sementara itu, mengutip foxnews.com (28/9/2020), Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Senin telah meminta maaf atas kematian seorang pejabat yang dibunuh tentara Korea Utara tersebut.
Hal itu terjadi setelah para kritikus menuduh pemerintah tidak bertindak untuk melindungi seorang warga.
Moon menyampaikan "belasungkawa yang dalam" kepada anggota keluarga yang berduka dan meminta maaf kepada publik atas "keterkejutan dan kemarahan" selama pertemuan dengan pejabat senior.
Ia mengatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi keselamatan warganya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari