Advertorial
Intisari-Online.com - Klaimnya yang luas terhadap Laut China Selatan membuat China dimusuhi banyak negara.
Baru-baru ini, Perancis-Inggris-Jerman juga bergabung dalam barisan penentang klaim China.
Tiga negara ini dengan serius menunjukkan penentangannya dengan mengajukan Nota Verbal bersama kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Melansir The Economic Times (20/9/2020), Prancis, Inggris Raya, dan Jerman telah menyerahkan Nota Verbal bersama ke PBB menantang legalitas klaim maritim China yang luas di Laut China Selatan, yang dapat dianggap sebagai kemunduran bagi agresi Beijing.
Dalam pengajuannya ke PBB pada Rabu, 16 September 2020, tiga negara kuat Eropa tersebut menyoroti beberapa hal.
Diantaranya bahwa klaim tentang pelaksanaan “hak bersejarah” Beijing atas perairan Laut China Selatan tidak sesuai dengan ketentuan hukum internasional dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang ketentuan Law of the Sea (UNCLOS).
Pada 12 Juli 2016, Pengadilan Arbitrase yang didukung PBB memutuskan mendukung petisi Filipina yang membatalkan klaim "sembilan garis putus-putus" dari China.
Baik Prancis, Inggris, dan Jerman, semuanya merupakan pihak dalam UNCLOS.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Hidung Tersumbat pada Bayi secara Alami, Apa Saja?
Tiga negara Eropa ini menggarisbawahi pentingnya "pelaksanaan kebebasan laut lepas tanpa hambatan, khususnya kebebasan navigasi dan penerbangan, dan hak lintas damai yang diabadikan dalam UNCLOS, termasuk di Laut Cina Selatan."
Mereka juga menekankan kondisi spesifik dan lengkap yang diuraikan dalam Konvensi untuk penerapan administrasi pulau ke fitur lahan yang terbentuk secara alami.
Alasan bahwa "kegiatan pembangunan lahan atau bentuk transformasi buatan lainnya tidak dapat mengubah klasifikasi fitur di bawah UNCLOS."
Selain negara-negara Asia Tenggara yang secara langsung berbatasan dengan negeri Tirai Bambu di Laut China Selatan, beberapa negara lain diketahui telah menentang klaim sepihak China.
Baca Juga: Ternyata Daun Dewa Bisa Mengobati Sinusitis, Apa Manfaat Lain Daun 'Sambung Nyawa'?
Jepang dan Amerika Lontarkan Kritik Pedas Klaim China atas Laut China Selatan
Sebelumnya, Jepang dan Amerika Serikat (AS) terang-terangan menentang klaim Tiongkok.
Melansir Kontan.co.id (15/7/2020), laporan pertahanan tahunan Jepang menuduh Tiongkok mendorong klaim teritorial di tengah pandemi corona.
Negeri Samurai mencurigai China menyebarkan propaganda dan disinformasi, karena memberikan bantuan medis kepada negara-negara yang memerangi Covid-19.
"Disnformasi seperti itu termasuk klaim, virus corona dibawa ke China oleh anggota militer AS. Atau obat herbal Cina dapat mengobati Covid-19," kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan Jepang.
China terus berupaya mengubah status quo di Laut China Timur dan Laut Cina Selatan. Demikian uraian Jepang dalam buku putih pertahanan yang disetujui pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe, mengutip Reuters, Selasa (14/7).
Di Laut Cina Selatan, China menegaskan klaim teritorialnya dengan mendirikan distrik administratif di sekitar pulau-pulau yang disengketakan.
Jepang melihat China sebagai ancaman jangka panjang yang lebih serius dibandingkan Korea Utara dengan senjata nuklir.
Negeri Tirai Bambu menghabiskan anggaran empat kali lebih banyak dibandingkan Jepang di bidang pertahanan untuk membangun segala fasilitas militer modern yang besar.
Kritik keras juga dilontarkan AS. Tak cuma kritik, AS juga melakukan latihan militer.
Baca Juga: Geger Sebuah Makam Digenangi Cairan Merah Seperti Darah, Polisi Turun Sampai Tangan Menyelidiki
Ketegangan di wilayah itu meningkat ketika China dan AS melakukan latihan militer terpisah di Laut Cina Selatan.
Mengutip dw.com, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada hari Senin (13/07) menolak klaim China. Dan menyebut bahwa tindakan China benar-benar melanggar hukum.
Juga bahwa China tidak menawarkan dasar hukum yang koheren untuk ambisinya di Laut Cina Selatan, selama bertahun-tahun telah mengintimidasi negara di sekitar pantai Asia Tenggara lain.
"Kami memperjelas, klaim China atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum, seperti kampanye penindasan untuk menguasainya," katanya.
AS telah lama menentang klaim teritorial tersebut, dengan mengirimkan kapal perang secara teratur melalui jalur strategis.
Langkah itu sembari menunjukkan kebebasan navigasi di sana.
"Dunia tidak akan membiarkan Cina memperlakukan Laut Cina Selatan sebagai kerajaan maritimnya," ujarnya.
Baca Juga: Niatnya Bersenang-senang di Pesta Pernikahan, Tuan Rumah Malah Ditikam Tamu Undangan hingga Tewas
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari