Advertorial

Diburu Pemerintah Tapi Dibela Rakyat, Inilah Sepak Terjang Alfredo Reinado, 'Tentara Pembangkang' Timor Leste yang Tewas dalam Aksi Penembakan Presiden Jose Ramos Horta

Khaerunisa

Editor

Meski usianya masih 'seumur jagung', namun Timor Leste merupakan salah satu negara yang telah melalui berbagai gejolak
Meski usianya masih 'seumur jagung', namun Timor Leste merupakan salah satu negara yang telah melalui berbagai gejolak

Intisari-Online.com - Dibandingkan negara-negara lain, mungkin usia Timor Leste sebagai sebuah negara terbilang masih 'seumur jagung'.

Timor Leste baru merdeka tahun 1999, bahkan baru resmi diakui secara internasional pada 2002.

Meski usianya masih 'seumur jagung', namun Timor Leste merupakan salah satu negara yang telah melalui berbagai gejolak.

Ketenangan di Timor Leste seolah merupakan hal yang langka.

Baca Juga: Meski Diklaim Masih Punya Banyak Uang, Timor Leste Diprediksi Bakal Jadi Negara Mati dalam 10 Tahun Mendatang, Kok Bisa?

Seperti krisis hebat yang terjadi pada masa awal kemerdekaannya, tepatnya tahun 2006.

Melansir Red Pepper, pada April 2006, Dili terbakar setelah 600 tentara berselisih dengan pemerintah Timor Leste.

Krisis tersebut menyebabkan bentrokan antara kepolisian nasional Timor Leste (PNTL) dan pasukan militer (F-FDTL).

Akibatnya, terjadilah kekosongan kekuasaan dan rusaknya hukum hingga ketertiban di seluruh negeri.

Baca Juga: Beda Dengan yang Lain, Tiga Negara Asean Ini Berpikir Berbeda Mengenai Memilih Pihak dalam Potensi Terburuk Perang AS-China yang Merembet ke Asean, 'Lokasi Kami Terkutuk', Salah Satunya Indonesia

Baik PNTL maupun F-FDTL tidak memiliki kepercayaan dari penduduk atau kapasitas untuk memberikan keamanan dan ketertiban yang memadai.

Tuduhan berulang tentang pelecehan seksual, pelanggaran hak asasi manusia, distribusi senjata ilegal, dan keterlibatan dalam perdagangan gelap telah melemahkan kepercayaan publik pada PNTL pada khususnya.

Penyebab utama kiris tersebut adalah konflik antarelemen militer Timor Leste yang disebabkan oleh diskriminasi di dalam tubuh militer.

Hal itu berubah menjadi upaya kudeta dan aksi kekerasan di ibu kota Dili, krisis ini bahkan memicu intervensi militer hebat dan mundurnya Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Baca Juga: Kesaksian Mengerikan Personel KKO AL Saat Angkat 7 Jenazah Perwira Tinggi TNI AD Korban G30S di Sumur Lubang Buaya, Jasad Jenderal Ahmad Yani Paling Mengenaskan

Alfredo Reinado, merupakan salah satu pemimpin pemberontak yang muncul dari krisis 2006 sebagai pemain kunci.

Ia termasuk sosok tentara FDTL yang merasakan adanya diskriminasi oleh Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak.

Alasan diskriminasinya pun bernada rasis, yakni Reinado berasal dari daerah Timor Leste bagian Timur.

Dikutip dari Tribun Manado, karena tak puas dengan alasan dari Matan Ruak itulah, maka pada 4 Mei 2006, Reinado bersama 600 anggota FDTL melakukan desersi sebagai protes atas perlakuan diskriminatif negara kepada mereka.

Baca Juga: Tak Perlu Bingung Lagi, Kenali Ciri-ciri Buat Bedakan Es Batu dari Air Matang dengan Es Batu dari Air Mentah, Ini Dia!

Aksi protes itu lantas ditanggapi oleh Matan Ruak dengan pemecatan massal terhadap mereka semua.

Marah, Reinado bersama rekan militernya, Mayor Augusto Araujo memimpin pemberontakan bersenjata yang dinamakan Gastao Salsinha.

Penyerangan itu menimbulkan gelombang kerusuhan besar dan geng-geng sipil bersenjata ikut memperparah keadaan dengan melakukan aksi kriminal.

Para mantan tentara yang marah karena dipecat itu melakukan berbagai aksi yang membuat rusuh satu negara, Dili porak poranda dan berdarah.

Baca Juga: ‘Lidah Saya Mati Rasa, Seperti Ada Rasa Belerang di Mulut’, Penyanyi Senior Iis Sugianto Ungkapkan Gejala Awal Covid-19

Siapa Alfredo Reinado dan Sepak Terjangnya

Reinado sendiri adalah seorang mayor angkatan bersenjata Timor Leste, FDTL.

Sebelumnya, Reinado pernah tertangkap oleh militer Indonesia saat invasi tahun 1975, dikutip dari Kompas.com.

Pada 1990 ia kabur ke Australia dan bekerja di galangan kapal Australia Barat. Barulah setelah referendum tahun 1999, ia kembali ke Timor Leste.

Baca Juga: Covid Hari Ini 20 September 2020: Kasus Corona di Dunia Sudah Mencapai 30,9 Juta Infeksi, Inilah 10 Negara dengan Kasus Terbanyak

Ia masuk militer dan ditunjuk menjadi komandan angkatan laut yang berkekuatan dua kapal patroli sumbangan AL Portugal.

Mengutip Tribun Medan, Reinado merupakan seorang nasionalis sejati bumi Lorosae yang juga ingin Timor Timur lepas dari Indonesia kala itu.

Pangkatnya yang sudah menjadi mayor di tubuh angkatan bersenjata FDTL membuktikan jika Reinado merupakan orang kompeten di bidangya.

Hal itu bukan isapan jempol belaka, Reinado pernah mengenyam pendidikan militer di Australia yang sangat jarang seorang seperti dirinya ada di FDTL.

Baca Juga: Sepuluh Tahun Terakhir Tiongkok Muncul Jadi Mitra Dagang Terbesar, Indonesia Mulai Biasakan Transaksi dengan Yuan China, Ada Kaitannya Dengan Proyek Belt and Road Initiative

Paling banter para perwira FDTL sekarang ialah mantan kombatan Fretilin yang pernah berhadapan dengan ABRI pada masa konfrontasi dengan Indonesia dulu.

Tapi pendidikan militer mentereng yang didapat Reinado tak selalu menjamin karirnya baik, karena akhirnya ia pun merasa didiskriminasi, dan dipecat setelah melakukan protes.

Menjadi pemain kunci krisis Timor Leste 2006, Aksi Reinado lantas berpuncak pada 11 Februari 2008.

Ia dan anak buahnya melakukan serangan terhadap presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao di kediamannya masing-masing.

Baca Juga: TikTok, WeChat dan Huawei Diblokir AS, China Balas Melarang Masuk Perusahaan Asing Tertentu

Ramos Horta terluka parah hingga kritis namun Xanana selamat dari percobaan pembunuhan itu.

Petualangan Reinado berakhir saat aksi penyerangan itu, ia tewas ditembak oleh tentara FDTL yang menjaga rumah Ramos Horta.

Saat itu, kabar Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta terluka dalam serangan pagi hari di kantor kepresidenan begitu mengejutkan.

Alfredo Reinado sebagai 'tentara pembangkang' mungkin dimusuhi pemerintah, namun rupanya tidak demikian bagi sebagian besar warga Dili.

Baca Juga: Mengaku Sudah Hapal dengan Trik Militer AS, China Peringatkan Hal Berbahaya Ini Bisa Terjadi ketika Pesawat AS Menyamar di Sekitar Laut China Selatan

Mengutip Kompas.com, sebagian besar warga Dili di kota-kota di sekitarnya menaruh simpati pada pria kelahiran tahun 1967 itu.

Warga yang mendukungnya kerap terlibat dalam kerusuhan melawan polisi dan tentara yang masih setia pada pemerintah.

Misalnya pada 5 Maret 2007, ratusan pendukung Alfredo melempari tentara pemerintah yang berupaya mengejar pemberontak itu hingga ke hutan.

Mereka juga menggelar demonstrasi di tengah kota Dili untuk menentang Presiden Xanana Gusmao. Mereka tidak menghendaki Alfredo ditangkap.

Baca Juga: 33.000 Orang Yahudi Terbunuh di Jurang Babi Yar, Bahkan Korban yang Terluka dan Masih Hidup Dikubur Hidup-hidup Bersama Mayat

Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Reinado

Sementara itu, saat Alfredo Reinado akan dimakamkan di tempat peristirahatan terakhirnya di Dili, Kamis (14/2/2008), ratusan orang hadir di pemakamannya.

Pemakaman Reinado berlangsung dibawah penjagaan ketat aparat keamanan.

Ratusan pendukung Reinado berkumpul untuk mengikuti prosesi pemakaman.

Mereka berharap dapat bergabung dengan keluarga Reinado dalam pemakaman yang dilangsungkan di luar kediaman Reinado yang terletak di sisi pantai.

Baca Juga: Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Lebih Tinggi dari Data Global, Satgas Minta Warga Usia 45 Tahun ke Atas Tidak Keluar Rumah Dulu, '79% Pasien yang Meninggaldari Usia Tersebut'

Saat itu, Ayah Reinado, Victor Alves, menyatakan kesedihannya yang mendalam untuk pertumpahan darah yang terjadi di Timor Leste.

Ia mengatakan bahwa kematian Reinado agar menjadi akhir pertikaian di Timor Leste.

Ia juga menyerukan pada para pendukung Reinado agar tidak membuat masalah baru di Tomor Leste.

"Anakku sudah mati dan saya mengajak pendukung Alfredo untuk tenang. Kami tidak akan menyelesaikan masalah dengan pertumpahan darah," ujar Victor Alves kala itu.

Baca Juga: Hanya 20 Menit Terlambat Menjemput Pulang Sekolah, Sang Ibu Temukan Anaknya Sudah Jadi Mayat Dibungkus Kantong Plastik

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait