Advertorial
Intisari-Online.com - Anjing dikenal sebagai sahabat manusia.
Kesetiaan mereka menjadi salah satu faktor terkuat.
Seperti kisah di bawah ini.
Dilansir dari kompas.com pada Minggu (13/9/2020), seekor anjing menempuh perjalanan sejauh lebih dari 10.000 mil atau sekitar 16.090 kilometer untuk kembali bertemu dengan pemiliknya.
Anjing yang bernama Pipsqueak (Pip) tersebut terdampar di Carolina Selatan saat puncak pandemi bulan Maret lalu, setelah pemiliknya terpaksa meninggalkan perjalanan pelayarannya dan kembali ke Australia.
Dengan perbatasan yang tengah ditutup dengan cepat, Zoe dan Guy Eilbeck, serta anak-anaknya Cam dan Max, hanya memiliki waktu kurang dari 48 jam untuk mengemas semua barangnya setelah berlabuh di Pulau Hilton Head.
Aturan yang ada membuat Pip tidak dapat ikut dengan mereka.
Oleh karena itu, Zoe menghubungi temannya untuk menjaga Pip dan berharap dapat bertemu kembali dalam 6 minggu.
Namun, itu tidak terjadi.
Baca Juga: Covid Hari Ini 13 Sepember 2020: Jumlah Kasus di Tanah Air Jadi 218.382 Orang, Sembuh 155.010 Orang
Melansir CNN pada (2/9/2020), Eilbeck pertama kali bertemu Pip pada 2018 silam di Messina, Sisilia, yaitu saat mereka berada dalam pelayaran selama 4 tahun.
Pip pun beradaptasi dengan cepat untuk hidup di atas kapal.
Zoe mengatakan, ia sangat sadar bahwa untuk membawa pulang Pip, diperlukan waktu panjang karena peraturan perbatasan Australia yang sangat ketat.
"Saya tahu, kami harus mengimpor Pip dan dia harus berada dalam karantina selama 10 hari," kata Zoe.
Saat waktunya tiba, mereka berencana untuk menerbangkannya dari Vanuatu, perjalanan yang cukup singkat menuju Sidney.
Namun, rencana ini tidak bisa dilakukan dengan datangnya pandemi virus corona.
Eilbecks tidak dapat kembali karena pembatasan perjalanan akibat Covid-19 dan Pip harus melakukan perjalanan sendiri ke Australia.
Perjalanan panjang
Dengan adanya pandemi, proses impor pun menjadi lebih rumit.
"Untuk mengekspor anjing dari Amerika, kita harus memperoleh deklarasi yang mengatakan bahwa anjing berada dalam kondisi sehat dan menjalani tes darah yang berhubungan dengan rabies," jelas Zoe.
Sementara, Steinberg, yang menjaga Pip sementara, secara rutin membawanya ke dokter hewan setempat untuk kepentingan vaksin, tes darah, dan lainnya agar dapat memenuhi syarat.
Namun, saat mereka menerima izin impor, maskapai menuju Australia, Qantas, mengumumkan bahwa pihaknya tidak lagi membawa anjing.
Setelah berbagai proses, Zoe menemukan cara lain. Pip dapat diimpor jika melalui Selandia Baru.
Zoe pun berencana menerbangkan anjing kecilnya dari Los Angeles ke Auckland, yaitu melalui perusahaan transportasi hewan peliharaan, Jetpets.
Akan tetapi, penerbangan terus dibatalkan.
Zoe memutuskan untuk mengunggah pesan di media sosial, mencari orang yang melakukan perjalanan dari timur ke pesisir barat.
Saat itulah, Melissa Young, yang bekerja untuk organisasi penyelamatan anjing, The Sparky Foundation, menawarkan diri untuk terbang dari Amerika bersama Pip.
Kemudian, Pip diurus oleh Jetpets untuk segala dokumen persyaratannya dan berhasil sampai di Auckland pada 23 Juli sehari sebelum terbang ke Melbourne, serta menjalani karantina yang diwajibkan.
Ia dijadwalkan terbang ke Sidney pada 3 Agustus 2020.
Namun, saat Pip sampai, perbatasan Victoria dan New South Wales ditutup.
Setelah berbagai penundaan, atas bantuan sejumlah pihak, Pip berhasil diterbangkan pulang.
Pertemuan
Pip akhirnya sampai di Bandara Sidney pada 11 Agustus lalu, 5 bulan setelah perpisahan dengan keluarga Eilbecks.
Pertemuan ini menjadi sangat emosional.
"Ketakutan terbesar kami adalah bahwa dia (Pip) sudah tidak lagi mengenali kami," kata Zoe.
Setelah berpisah sekian lama, keluarga Eilbecks sangat senang dapat bertemu kembali dengan Pip.
"Saat ia mendengar suara kami, ia datang ke lengan kami."
"Sangat menakjubkan untuk kembali bertemu setelah sekian lama," imbuh dia.
(Vina Fadhrotul Mukaromah)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Tertinggal karena Pandemi, Seekor Anjing Harus Menempuh Ribuan Kilometer untuk Bertemu dengan Pemiliknya")