Advertorial
Intisari-online.com - Sekolah bisa dikatakan sebagai tempat paling aman untuk menitipkan anak-anak.
Namun justru kejadian tak terduga dialami oleh seorang ibu ketika mendapati apa yang dilakukan oleh sang guru pada anaknya di sebuah sekolah taman kanak-kanak.
Melansir Eva.vn Rabu (2/9/20) insiden itu terjadi di daerah Fengshan, Kota Kaohsiung, Taiwan oleh seorang ibu bernama Li.
Li memiliki anak yang masih berusia 3 tahun, dan masih sering dititipkan di sekolah taman kanak-kanak.
Awalnya dia mengira taman kanak-kanak adalah tepat teraman untuk menitipkan anaknya, namun semuanya berubah setelah dia melihat perlakuan sang guru.
Sekitar jam 11 siang, pada 21 Agustus, Li mengakses kamera cctv melalui ponselnya karena ingin melihat aktivitas anaknya.
Pada saat itu, Li melihat putranya di kelas sedang menangis sendirian.
Pada waktu itu dia juga melihat ada 3 guru, di kelas pada saat itu tetapi semuanya terlihat mengabaikan dan tidak ada yang menghibur anaknya.
Kemudian 15 menit kemudian, seorang guru perempuan mengajak anak laki-laki untuk makan.
Li awalnya masih melihat aktivitas normal, karena dia pikir mungkin terlalu banyak murid tentu sulit bagi guru untuk menangani semuanya.
Sementara itu juga menurutnya normal bagi anak-anak menangis terutama saat jauh dari orang tuannya.
Namun setelah dipantau lebih lanjut, Li terkejut syok mengetahui ulah seorang guru perempuan.
Selama istirahat dia melihat seorang guru perempuan, mencengekeram kerah putranya, menariknya ke sudut ruangan.
Kemudian dia menjambak dan mencubit mulutnya dan memukuli bocah itu berulang kali.
Pada akhirnya, guru itu juga mendorong bocah itu ke samping, membuat bocah itu ketakutan dan kesakitan memegangi wajahnya dan menangis.
Terlalu syok dengan pemandangan itu, Li segera pergi bersama suaminya ke taman kanak-kanak itu.
Sampai di sana pasangan itu semakin syok menyaksikan pipi putranya merah, dan sudut mulutnya terlihat berdarah.
Saat ditanya, guru perempuannya berdalih bahwa anak tersebut terjatuh saat main di perosotan.
Sebenarnya, Li sudah mengetahui kejadian itu beberapa hari sebelumnya, ketika anaknya pulang dalam kondisi berdarah mengatakan dia dipukuli gurunya.
Awalnya orang tuanya mengira anaknya berbohong tetapi setelah menyaksikan tayangn di CCTV dia percaya dengan penjelasan putranya.
Li terang-terangan mengungkap kejahatan gurunya, dan bahkan melaporkannya ke perwakilan taman kanak-kanak itu tidak mengetahui kekerasan itu.
Sekolah kemudian membuat janji dan menjelaskannya pada Li hingga 24 Agustus, Departemen Pendidikan juga menerima keluhan pelecehan anak.
Badan tersebut juga meminta bukti yang dimiliki Li untuk diteliti lebih lanjut.
Setelah itu, mereka akan melakukan tindakan untuk melaporkannya ke Divisi Sosial dan sesuai dengan Kode Hak Anak.
Sementara itu guru yang bertugas diberhentikan sementara namun belum diberikan hukuman yang spesifik.