Advertorial
i-Online.com -India sepertinya masih memendam dendam kesumat pada China terkait bentrokan di lembah Galwan.
Maklum, dalam bentrokan tersebut setidaknya 20 tentara mereka harus meregang nyawa.
Apalagi diketahui tentara China menggunakan senjata-senjata brutal untuk menghabisi nyawa para tentara India.
Namun, langkah yang dilakukan Angkatan Laut India dengan kapal perang mereka sedikit 'kelewatan'.
Maklum, mereka beraksi di wilayah laut yang berjarak sangat jauh dari negara mereka (3.780 km).
Selain itu, India juga pada dasarnya tidak memiliki kepentingan langsung dengan wilayah tersebut hingga harus menurunkan kapal perangnya.
Beberapa pihak kemudian mencoba mencerna, apa sebenarnya tujuan India melakukan langkah provokatif tersebut?
Benarkah aksi petantang-petentang tersebut terkait dendam kesumat mereka dengan Tiongkok?
Pasca bentrokan dengan China di lembah Galwan, Angkatan Laut India telah mengirimkan kapal perang ke garis depan Laut China Selatan.
Hal ini menimbulkan aksi protes dari Tiongkok yang keberatan atas tindakan tersebut selama pembicaraan antara kedua belah pihak.
"Segera setelah bentrokan Galwan meletus di mana 20 tentara kami tewas, Angkatan Laut India mengerahkan salah satu kapal perang garis depannya ke Laut China Selatan di mana Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat menolak kehadiran kekuatan lain yang mengklaim mayoritas perairan sebagai bagian dari wilayahnya," demikian kata sumber pemerintah ANI seperti yang dilansir dari oneindia.com.
Kabarnya, selama pembicaraan diplomatik antara India dan China, pihak China mengeluhkan keberadaan kapal perang tersebut di wilayah yang disengketakan.
Laut China Selatan memegang tempat penting dan mereka tidak menyukai keberadaan kapal perang negara lain di wilayah yang disengketakan.
India dan China telah mengadakan beberapa kali putaran pembicaraan militer dan diplomatik dalam dua setengah bulan terakhir, tetapi tidak ada kemajuan signifikan yang dicapai untuk resolusi terhadap sengketa perbatasan di Ladakh timur.
Proses resmi pelepasan pasukan dimulai pada 6 Juli, sehari setelah hampir dua jam percakapan telepon antara Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi tentang cara-cara untuk meredakan ketegangan di daerah tersebut.
Namun, proses tersebut belum berjalan sejak pertengahan Juli. PLA telah menarik diri dari Lembah Galwan dan beberapa titik gesekan lainnya.
Namun, PLA belum melakukan penarikan pasukan di Pangong Tso, Depsang dan beberapa daerah lain, kata sumber tersebut.
Dalam lima putaran pembicaraan tingkat komandan Korps, pihak India telah mendesak penarikan penuh pasukan China, dan pemulihan segera status quo di semua wilayah di Ladakh timur sebelum April.
Bahkan saat kedua belah pihak terlibat dalam pembicaraan diplomatik dan militer, tentara India membuat persiapan yang rumit untuk mempertahankan kekuatan pasukannya saat ini di semua wilayah utama di Ladakh timur. Ketegangan antara kedua belah pihak meningkat berlipat ganda setelah bentrokan kekerasan di Lembah Galwan pada 15 Juni di mana 20 personel Angkatan Darat India tewas.
Pihak China juga menderita korban tetapi belum memberikan rinciannya.
Melansir BBC, Kepala editor harian Global Times mengatakan, militer China juga menderita korban dalam bentrokan perbatasan dengan tentara India.
"Berdasarkan apa yang saya ketahui, pihak China juga menderita korban dalam bentrokan fisik di Lembah Galwan," kata Hu Xijin dalam tweetnya. Sayang, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
The Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.
Sementara itu, mengutip US News, sumber intelijen AS menyebutkan China tidak mengumumkan jumlah korban karena menganggap korban di antara pasukan mereka sebagai penghinaan bagi angkatan bersenjatanya.
Dan mereka belum mengkonfirmasi jumlah tersebut karena takut akan membuat musuh lain semakin berani.
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Pasca bentrokan Galwan, militer India kerahkan kapal perang ke Laut China Selatan".