Advertorial
Intisari-Online.com -Seorang pilot pesawat tempur yang sudah memiliki ribuan jam terbang benar-benar 'mati kutu' saat harus menghadapi teknologi pesawat tempur masa depan.
Tidak main, dalam lima kali uji coba pertempuran di udara, pilot tersebut selalu kalah.
Padahal, pilot tersebut diketahui sudah mengantongi 2.000 jam terbang selama kariernya bersama pesawat tempur.
Namun, teknologi buatan malah terbukti sulit ditandingi hingga seolah hanya membuatnya menjadi anak kemarin sore.
Pilot yang berinisial Banger tersebut diminta untuk bertempur langsung di udara (dogfight) melawan teknologi tersebut.
Kontes dalam simulasi tersebut cukup sederhana, setiap pilot hanya diperbolehkan menggunakan senjata dari jet tempur yang bukan rudal.
Hasilnya? Seperti disebutkan di atas, sang pilot kalah telak 0-5!
Teknologi apa yang dimaksud? Simak uraiannya berikut ini.
Seorang pilot yang memiliki jam terbang pesawat tempur lebih dari 2.000 jam kalah dalam lima simulasi dogfight (pertempuran udara) melawan algoritma kecerdasan buatan atau artificial intelligence ( AI).
Simulasi tersebut diselenggarakan oleh Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan Amerika Serikat ( DARPA) bernama Air Combat Evolution (ACE) sebagaimana dilansir dari RT, Jumat (21/8/2020).
Dalam program ACE, DARPA mengadu AI yang dikembangkan oleh delapan perusahaan melawan satu sama lain, sebelum pemenangnya melawan pilot manusia dalam kompetisi uji coba Alpha Dogfight pada Kamis (20/8/2020).
Delapan perusahaan yang terlibat dalam pengembangan AI tersebut adalah perusahaan raksasa asal AS, Lockheed Martin.
Pilot berinisial Banger dari DC Air National Guard tersebut selalu kalah melawan AI dalam dogfight. Padahal jam terbangnya sangat mumpuni.
Kontes dalam simulasi tersebut cukup sederhana, setiap pilot hanya diperbolehkan menggunakan senjata dari jet tempur yang bukan rudal.
Sementara AI dibatasi oleh keterbatasan fisik jet, tidak diwajibkan untuk mengikuti aturan dan prosedur Angkatan Udara untuk manuver dasar dan sudut serangan.
Hal itu memungkinkannya untuk menyerang Banger dari langit setiap saat. Ia juga mampu bereaksi lebih cepat dari pilot manusia.
Justin Mock dari DARPA, mengomentari simulasi itu dan menyebut hasilnya sebagai "lompatan besar" untuk teknologi AI yang dikembangkan itu.
Yang lebih mengesankan adalah sebelum menang atas pilot manusia, AI yang menang mengalahkan tujuh pesaing lainnya, termasuk Lockheed Martin.
AI yang memenangi simulasi itu dikembangkan oleh Heron Systems.
Heron System dideskripsikan DARPA sebagai "bisnis kecil” milik wanita yang kurang beruntung yang berbasis di Maryland dan Virginia sejak 1993.
Pegembangan AI tersebut dilaporkan hanya memakan waktu satu tahun.
Selain Heron dan Lockheed Martin, pengembang AI lainnya ada Aurora Flight Sciences, EpiSys Science, Georgia Tech Research Institute, Perspecta Labs, PhysicsAI, dan SoarTech juga turut ambil bagian dalam kompetisi tersebut.
Pengelola Program ACE, Kolonel Daniel Javorsek, mengatakan bahwa pesawat terbang AI yang sepenuhnya otonom "masih jauh" untuk diterapkan.
Javorsek menambahkan masih perlu satu dekade untuk menempatkan sistem AI yang bertanggung jawab atas F-16 atau F-15.
Dia mencatat bahwa AI itu lebih mungkin digunakan sebagai autopilot taktis canggih atau menjalankan sistem pesawat nirawak.
Gagasan tersebut memiliki mirip dengan film Stealth yang dirilis pada 2005.
ACE menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengotomatiskan pertempuran udara-ke-udara ke titik di mana pilot manusia tidak hanya mengendalikan jetnya tetapi juga segerombolan pesawat nirawak yang menyertainya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bertempur Lawan AI, DARPA Kaget Pilot F-16 Berpengalaman Kalah 5 Kali Beruntun".Penulis : Danur Lambang PristiandaruEditor : Danur Lambang Pristiandaru