Advertorial

Negara-negara di Asia Pasifik Berlomba Membuat Senjata Canggih, Indonesia Akan Produksi Drone Tempur Elang Hitam!

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Studi menyebutkan negara-negara di Asia-Pasifik sedang mengembangkan senjata batu nan canggih seperti drone dan rudal jelajah untuk mengimbangi agresivitas China.

"Meskipun proliferasi senjata canggih biasanya menjadi perhatian terkait eskalasi, rudal jelajah modern dan UAV [kendaraan udara tak berawak] saat ini dapat berfungsi sebagai senjata yang dapat digunakan negara-negara kecil untuk mencegah agresi dari negara-negara yang lebih besar," tulis Institute of Strategic Studies dalam kajiannya.

Namun, mereka juga memperingatkan bahwa penyebaran teknologi ini meningkatkan risiko untuk jatuh ke tangan teroris dan ekstremis.

Perjanjian internasional seperti Missile Technology Control Regime (MTCR) dirancang untuk membatasi pengembangan rudal balistik di wilayah tersebut.

Baca Juga: Kekacauan setelah Ledakan Beirut, Puluhan Ribu Demonstran yang Marah Menyerbu Kantor Parlemen, Seorang Polisi Tewas dan Ratusan Orang Luka-luka

Tetapi kajian tersebut mengatakan negara berkembang, banyak di antaranya bukan penandatangan MTCR, dapat bekerja sama untuk mengembangkan kemampuan ini.

Menurut Zhao Tong, seorang peneliti di Carnegie-Tsinghua Center for Global, China adalah pemimpin dunia dalam teknologi rudal dan drone, dan meningkatnya permintaan untuk senjata-senjata ini sebagian merupakan tanggapan atas kekuatan Beijing yang meningkat dan lingkungan keamanan yang memburuk di daerah tersebut.

“Negara-negara ini tidak mampu mengembangkan sistem pertahanan rudal."

Baca Juga: Temui 'Keganasan' B-29 Superfortress, Pesawat Bomber yang Meratakan Nagasaki 75 Tahun Lalu dengan Menerjunkan 'Fat Man' Menghantam Jepang

"Jadi untuk menjaga semacam pencegahan strategis atau sebagai alat anti-akses, mereka cenderung mengembangkan beberapa senjata serangan asimetris dengan ambang teknologi yang lebih rendah."

"Seperti rudal jelajah atau drone,” kata Zhao.

MTCR bertujuan untuk mengekang proliferasi dengan membatasi penjualan rudal jelajah internasional pada senjata dengan jangkauan 300 km (186 mil) atau kurang dan muatan di bawah 500 kg (1.100 lb).

Baca Juga: Siaga Diserang Pembom AS, Pertahanan Udara China Gelar Persiapan Matang-matang, Termasuk Simulasi Pengisian Bahan Bakar di Udara: 'Siapkan Pertempuran Sebenarnya'

Tetapi tidak menghentikan negara-negara mengembangkan senjata mereka sendiri dengan kapasitas yang lebih besar.

Tetapi Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan telah mengembangkan rudal yang melebihi batas ini.

Sementara Indonesia, Malaysia, dan Vietnam juga ingin memiliki rudal mereka sendiri.

Baca Juga: Setia Sampai Mati, Wanita Ini Merangkak ke Sisi Tubuh Suaminya yang Telah Meninggal untuk Menghembuskan Napas Terakhir: 'Saya Tidak akan Membiarkan Dia Pergi Sendirian'

Meskipun sebagian besar negara berkembang di kawasan ini masih perlu membeli UAV untuk keperluan militer, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Kamboja semuanya sudah mulai mengembangkan industri drone domestik mereka.

Baca Juga: Elang Hitam, 'Kode Rahasia' Indonesia Imbangi Agresivitas China, Garda Terdepan dalam Perlombaan Senjata Asimetris di Asia Pasifik

Beberapa sudah memulai penelitian dan pengembangan drone militer dalam negeri.

Misalnya Indonesia yang diperkirakan akan mulai memproduksi drone tempur Elang Hitam dalam empat tahun ke depan.

Baca Juga: Donald Trump Jadi Bahan Bulan-bulanan Warganet Karena Salah Sebut Negara Thailand Jadi Thighland: 'Tuan Presiden, Saya Yakin Thighland Ada di Sekitar Uranus'

(*)

Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Termasuk Indonesia, negara-negara di Asia Pasifik berlomba membuat senjata canggih"

Artikel Terkait