Advertorial
Intisari-online.com -Padahal Tanah Negerinya Berlapiskan Emas, Penduduk Negeri Ini Justru Hidupnya Sangat Menderita Kemiskinan Merajalela Untuk Beli Makan Saja Mereka Tak Sanggup.
Pernahkah Anda mendengar sebuah negeri di mana tanahnya berlapiskan dengan emas?
Terdengar seperti di negeri dongeng, namun kenyataannya di dunia nyata negeri itu dikatakan benar adanya.
Negara yang dimaksud adalah Mali, sebuah negara di Afrika Barat yang dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia.
Sebagian tanah negara ini adalah gurun, dan hanya memiliki 2% tanah subur dari total luas tanahnya.
Meski demikian, negara ini kenyataanya adalah negara yang sangat kaya akan emas.
Melansir 24h.com.vn, pada Selasa (4/8/20) setiap tahun, seorang pemilik tambah emas di Mali bisa menghasilkan sekitar Rp1,2 triliun.
Mengejutkannya lagi negara ini tercatat sebagai satu dari lima besar negara penghasil emas tersebar di dunia saat ini.
Ironisnya, meski hidup di tanah yang berlapiskan dengan emas, kenyataanya rakyat Mali hidupnya sangat menderita, kelaparan di mana-mana dan kemiskinan merajalela.
Tetapi bagaimana bisa negeri yang kaya raya dengan emas melimpah ini sangat miskin?
Menurut keterangan, di negara itu Industri hampir tidak ada, lebih dari setengah populasi di Mali adalah orang tidak berpendidikan.
Populasi Mali sekitar 1.630.000, bahkan seperlima dari mereka memiliki penghasilan dari emas.
Sayangnya meski memiliki emas berlimpah, negara itu sangat tandus.
Curah hujannya sangat kecil sehingga mereka tak mampu untuk melakukan aktivitas pertanian.
Dengan lokasi strategis yang sangat jauh dari benua lain, membuat Mali harus mengimpor makanan yang harganya sangat mahal dari negara lain.
Menyedihkannya, negara-negara tetangga Mali juga merupakan negara yang miskin, jadi mereka pun juga tak memiliki bahan makanan.
Sementara itu sekali mendapatkan makanan, harga yang ditawarkan sangat mahal.
Rakyat Mali sebagian besar bekerja di sektor pertambangan, untuk membantu ekonomi pemerintah rakyat Mali diberi hak untuk menambang emas.
Jadi di Mali jumlah penambang emas tidak terhitung jumlahnya, mereka ada yang menggali emas di rumahnya sendiri, bersama dengan timnya.
Bahkan anak-anak tak jarang dari mereka juga ikut berpatisipasi dalam pekerjaan keras ini.
Jika mereka menemukan sepotong emas yang besar, hal itu bisa mengubah kehidupan mereka.
Namun, itu hanya mimpi para penambang, pasalnya tanah yang mengandung emas sebagian besar sudah dikuasai oleh pengusaha tambang.
Menurut stastistik, orang Mali setiap tahun menghasilkan jutaan dollar, dengan keuntungan terbesar dimiliki oleh pemilik tambang setiap tahunnya.
Meskipun berpenghasilan tinggi, harga makanan di Mali jauh lebih mahal daripada emas.
Memiliki industri manufacturing emas, kehidupan di Mali masih sangat primitif.
Selain itu jumlah penambang yang terlalu banyak membuat nilai yang mereka peroleh tidak tinggi, apalagi mereka dipaksa oleh pembeli.
Kebahagiaan orang Mali sangat sederhana, setiap hari setelah mereka bekerja mendapatkan makanan lengkap sehari-hari itu sudah lebih dari cukup.
Jumlah penambang emas terlalu banyak, sehingga membuat cadangan mineral langka.
Tetapi di sisi lain, mereka terlalu miskin untuk meninggalkan tanah airnya, jadi mereka memilih tetap tinggal dan menggali setiap inchinya.