Advertorial
Intisari-online.com -Dua tahun silam, sebuah insidenmenjijikkan terjadi di Haryana Nuh, Mewat, India.
Dilansir dariIndia Times, delapan pria menjadi tersangka terbunuhnya seekor kambing yang tengah hamil.
Merekadituduh telah melakukan pemerkosaan kepada kambing malang tersebut secara brutal.
Kambing milik Aslu tersebut tewas dengan beberapa luka di tubuhnya.
Pemilik ternak itu tidak terima dan melapor ke polisi pada 26 Juli 2018 setelah mengetahui kambingnya tewas karena tindak kekerasan.
Polisi juga meneliti lebih lanjut dan melakukan autopsi terhadap kambing yang menjadi korban.
Aslu melaporkan bahwa kambingnya telah diperkosa hingga tewas oleh pria bernama Savakar, Haroon, Jaffar, dan lima orang pria yang belum diketahui identitasnya.
Pihak kepolisian telah mengategorikan kasus ini dalam kasus pelanggaran tak wajar dan kejahatan melukai atau membunuh ternak.
Inspektur Vipin Kumar berkata:
"Autopsi dilakukan di rumah sakit hewan pemerintah setempat."
"Sampel cairan dari binatang telah dikirim ke laboratorium forensik negara bagian di Madhuban."
Dalam ilmu psikologi, berhubungan intim dengan binatang masuk dalam kategori kelainan seksual.
Kelainan ini jamak disebut zoophilia, sebuah istilah yang diambil dari bahasa Yunani.
Zoionberarti hewan danphiliabermakna persahabatan atau cinta.
Pengidapnya digambarkan punya perasaan atau perilaku seks yang menggebu-gebu terhadap hewan.
Perasaan seksual ini biasanya berfokus pada hewan piaraan seperti anjing, atau hewan ternak seperti domba atau kambing.
Pada abad ke-20, zoophilia diidentifikasi oleh American Psychiatric Association (APA) sebagai bentuk paraphilia, atau bentuk disfungsi seksual dan psikologis sesat.
Bentuk lain dari zoophilia adalah bestiality.
Perbedaaannya, pengidap zoophilia adalah orang-orang yang benar-benar memiliki romantisme cinta pada hewan.
Sementara bestiality adalah orang-orang yang menggunakan hewan untuk kepuasan seksual mereka tanpa memperhatikan kesejahteraan hewan.
Teori psikodinamika dalam psikologi menyatakan, pengidap zoophilia maupun bestiality melakukan penyimpangan karena adanya hambatan atau ketidakmampuan menyalurkan dorongan seksual pada objek seksual yang lazim.
Perilaku mengalihkan pemenuhan dorongan seksual ke objek lain itu biasanya terbentuk sejak masa kanak-kanak.
Penyembuhan penyimpangan seksual ini tergolong sulit dan mahal.
Selain itu, dari sejarah penanganan gangguan dan penyimpangan seksual, terapi yang dilakukan dapat dikatakan tidak manusiawi.
Banyak penderita penyimpangan seksual yang diterapi dengan disetrum.
Oleh karena itu, pendidikan seksual yang memadai dan jelas dari orang tua kepada anak-anaknya dapat membantu mencegah munculnya kelainan seksual di masa depan.
Bagaimanapun juga, pencegahan jauh lebih murah ketimbang pengobatannya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari