Advertorial

Kejam, Tidak Hanya Membabi Buta Berusaha Merebut Tepi Barat, Semua Buku Teks Israel Sama Sekali Tidak Tuliskan Mengenai Palestina, Layaknya Propaganda

May N

Editor

Intisari-online.com -"Neveh Daniel adalah komunitas pedesaan," tertulis di buku teks Israel mengenai penduduk Israel yang 'dinarasi' oleh Shulamit, bocah berumur 9 tahun menceritakan mengenai keluarga dan rumahnya.

"Komunitas itu berada di wilayah Judas dan Samaria serta dimiliki oleh Dewan Regional Gush Etzion.

"Waktu periode Alkitab, Yahudi tinggal di wilayah ini, dan Alkitab menceritakan berbagai peristiwa yang terjadi di tempat itu.

"Contohnya, Neveh Daniel adalah tempat di mana patriarki dan matriarki dikubur, serta di sini tempat di mana cerita Raja David dan Buku tentang Ruth terjadi."

Baca Juga: Gambarkan 2 Kekuatan Besar di Asia, Seperti Apa Kekuatan Persenjataan Militer India vs China, Siapa Lebih Dominan?

Buku teks untuk siswa kelas 4 SD setebal 40 halaman yang merupakan satu dari sekumpulan seri tersebut dimaksudkan untuk menceritakan berbagai komunitas yang hidup berdampingan dengan komunitas Israel.

Namun ada satu hal yang tidak disebutkan: tetangga Palestina Shulamit.

Bahkan, mengenai penduduk Palestina hanya disebutkan dalam 4 kata di akhir kalimat: di antara 1.7 juta dan 2.9 juta warga Palestina yang tinggal di "wilayah disebut Judas dan Samaria," tulis buku tersebut, "bukanlah warga Israel."

Rupanya, kontrol Israel terkait jutaan warga Palestina bukanlah bagian dari pesan yang ingin disampaikan di buku tersebut.

Baca Juga: Berjam-jam Baku Tembak hingga Tewaskan 14 Orang untuk Jebloskan Anak Gembong Narkoba El Chapo ke Penjara, Presiden Meksiko Justru Melepaskannya Begitu Saja, Klaim untuk Selamatkan Ratusan Nyawa!

Bahkan, menurut studi oleh Prof. Avner Ben-Amos di Fakultas Pendidikan Tel Aviv University, pencaplokan bukanlah topik utama di sekolah Israel.

Buku yang dinarasi oleh Shulamit tersebut didesain untuk murid sekolah agar "tahu sedikit mengenai kehidupan religius" dan untuk belajar pentingnya Jerusalem" dan menghargai "hidup komunitas" dan pertolongan sesama."

Sembari pemerintah Israel terus-terusan berusaha mencaplok wilayah di Tepi Barat, sekolah negara itu terus-terusan gunakan buku teks seperti cerita Shulamit dan peta tanpa "Garis Hijau" dan membawa generasi muda untuk terus mengakui jika Tepi Barat adalah milik mereka.

Ben-Amos meneliti untuk mengeksplorasi bagaimana buku teks Israel dan matrikulasi ujian pra-kuliah menjelaskan mengenai kepemilikan Israel tersebut.

Baca Juga: Dikritik Karena Adakan Kampanye dengan 19.000 Massa di Kota yang Alami Lonjakan 100% Kasus, 6 Staf Kampanye Trump Positif Covid-19

Ia menyebut situasi tersebut sebagai "penolakan interpresi".

Di sebagian besar buku teks, "kontrol Yahudi dan status rendahan Palestina tampak sebagai situasi alami yang tidak perlu dipikirkan oleh siapapun," tulisnya dalam artikel yang dipublikasikan dalam buku sejarah yang diedit oleh Eyal Naveh dan Nimrod Tal.

Ben-Amos melihat cara buku teks di SMP dan SMA negeri dan sekolah religius menangani percabangan setelah perang 6 hari tahun 1967 silam.

Ia mempelajari sejarah, geografi dan buku kewarganegaraan, dan juga pendidikan informal seperti workshops dan tur untuk murid SMA.

Baca Juga: Hanya Berani Tebar Ancaman Lewat Udara, China Tampaknya Sudah Kapok Hadapi Meriam Raksasa Taiwan Ini, Pernah Bikin Kapal Perang Mereka Malu

Buku teks pasti ditulis di bawah pengawasan Menteri Pendidikan, yang pada masa Limor Livnat antara tahun 2001 sampai 2006, memblokir usaha untuk mengajarkan narasi Palestina.

Usaha untuk menyembunyikan dan membungkam

Ben-Amos menggambarkan buku sekolah yang dirilis di 30 tahun pertama sejak tahun 1967 sebagai "perlambatan pentingnya perang".

Sehingga semua buku sejarah menggambarkan "kemenangan hebat," sementara gambaran umumnya adalah "keunggulan diri," paparnya.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok dan Ibadah Haji Mungkin Batal Karena Covid-19, Arab Saudi Kini Terancam Ditinggalkan Sahabat Karib Sekaligus Pelindungnya Ini

Satu pengecualian adalah buatan Ruth Kleinberger, yang didedikasikan 4 halaman mengenai argumen kiri dan kanan mengenai masa depan Tepi Barat, serta akar teologi dan ideologi yang mendasari hal tersebut.

20 tahun terakhir telah terlihat pencaplokan yang signifikan, bersamaan dengan penampikan bahwa Palestina juga berhak atas Tepi Barat, ujar Ben-Amos.

Ia menyebutkan hal ini terlihat sengaja: jika pimpinan pendidikan mengabaikan penelitian literatur, jika informasi ini tidak sampai ke para generasi muda, maka yang akan terjadi adalah "upaya untuk menyembunyikan dan membungkam kebenaran."

Beberapa buku sejarah yang ia teliti berakhir di tahun 1970, yang tunjukkan "niat untuk menghindari masa lalu yang dapat bernilai kontroversial," ujar Ben-Amos.

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun ke-59 Presiden Jokowi! Ternyata Soekarno, Soeharto, Habibie, dan Jokowi Lahir di Bulan Juni, Inilah Keistimewaan Orang yang Lahir di Bulan ini!

Satu atau dua buku yang jelaskan sejarah di masa kini dengan cara lebih sulit diredaksi oleh Menteri Pendidikan.

Salah satu buku itu, seperti dilaporkan oleh Haaretz tahun 2009, menggunakan bagian dari pekerjaan sejarawan Palestina yang mengklaim tentara Israel yang baru lahir berkaitan dengan pembersihan etnis selama perang 1948.

Buku tersebut awalnya disetujui oleh Menteri Pendidikan, tapi dengan cepat dikumpulkan dari sekolah dan dikembalikan setelah bagian tersebut atau bagian lain dihapus atau diubah.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait