Advertorial
Intisari-Online.com -Saat ini, seluruh dunia tengah menghadapi pandemi virus corona (Covid-19).
Pandemi ini sudah terjadi selama 6 bulan lamanya dan belum ada tanda-tanda virus akan berakhir.
Akibatnya lebih dari 8 juta orang di dunia terinfeksi dan ratusan ribu lainnya meninggal dunia.
Belum lagi faktor-faktor lainnya yang terkena dampak. Entah sudah berapa kerugian akibat pandemi virus corona ini.
Nah, ketika kita masih dipusingkan dengan pandemi virus yang belum ada obatnya ini, ada sebuah studi yang mengungkap bahwa kita akan menghadapi bencana lainnya.
Bahkan bencana ini disebut lebih buruk daripada krisis virus corona.
Bencana apakah itu?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Minggu (21/6/2020), para peneliti dariDeutsche Bank mengklaim setidaknya satu dari tiga bencana besar akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang.
Pandemi influenza (flu) yang menewaskan lebih dari dua juta orang di dunia adalah salah satu skenario.
Untuk referensi, pandemivirus corona saat ini telah membunuh 443.765 orang di seluruh dunia.
Skenario lain termasuk letusan gunung berapiyang jadi bencana global, suar matahari besar, atau perangdunia.
Dan semua skenario itu disebut lebih mengkhawatirkan dan mengerikan.
Sebab para peneliti mengumumkan ada kemungkinan 56% dari salah satu bencana ini akan terjadi.
Studi statistik didasarkan pada berbagai studi dan penilaian risiko.
Misalnya, para peneliti menghilangkan gempa bumi dari jumlah tersebut karena mereka lebih banyak terjadi pada peristiwa lokal.
Sementarasuar matahari atau semburan matahari sangat jarang sekali dibahas sebagai suatu kemungkinan.
Perlu Anda tahu,suar matahari atau semburan matahari adalah ledakanbesardi atmosfer matahariyang dapat melepaskan energi yang sangat besar.
Memang peristiwa parah ini terjadi pada 1859.
Tetapi studi Deutsche Bank telah menghitung bahwa kejadian ini lebih mungkin daripada perangdunia.
“Mungkin ada pemadaman listrik yang besar karena jaringan tenaga listrik terganggu."
"Yang pada gilirannya akan memiliki efek besar di seluruh ekonomi karena infrastruktur tidak dapat berjalan dengan baik," kata penliti.
"Lalu bisaberdampak pada rumah sakit dan perawatan medis."
"Komunikasi juga akan terganggu dan banyak sistem pembayaran tidak berfungsi."
"Dan satelit GPS [Global Positioning System] akan menghadapi gangguan yang luas."
"Sehingga hal ini jelas merugikan semua individu dan industri yang bergantung pada layanan lokasi yang akurat, tidak terkecuali pesawat terbang."
Studi telah menilai kemungkinan terjadinyas uar matahari besar adalah 12 persen dalam satu dekade.
Ini berarti ada kemungkinan 40 persen pijar seperti itu akan terjadi dalam 40 tahun ke depan.
Kemungkinanlain yang cenderung memiliki efek besar juga adalahketegangan hubungan antara AS dan China.
Soal keuangan, beberapa bulan terakhirtelah terbukti sebagai pengingat betapa kuatnya dampak pasar keuangan dalam menghadapi bencana global.
"Mengingat bahwa Covid-19 telah menyebabkan resesi parah (kemerosotan yang parah) karena banyak negara yang melakukan lockdown."
Contoh lain,gunung berapi Eyjafjallajökull yang relatif terpencil di Islandia menutup hampir semua wilayah udara Eropa pada tahun 2010, yang menyebabkan gangguan ekonomi yang luas.
Dan lebih jauh lagi pada tahun 1991, letusan Gunung Pinatubo di Filipina sangat besar sehingga menyebabkan penurunan suhu global selama dua tahun berikutnya.
"Jadi pertanyaan penting adalah apa yang akan terjadi jika letusan yang jauh lebih besar dan lebih dahsyat akan terjadi, dan seberapa besar kemungkinan dampak ini akan ini terjadi?", tutup para peneliti.