Advertorial
Intisari-Online.com -Badan Intelijen Pusat AS (CIA) menggunakan metode yang sama untuk menggulingkan Presiden Soekarno di sebuah negara Amerika Latin dengan kode 'Operation Jakarta'.
CIA sendiri oleh beberapa pihak diyakini berperan dalam penggulingan beberapa pemerintahan di berbagai negara, termasuk di Indonesia melalui peristiwa G30S.
Keyakinan tersebut sendiri pada akhirnya semakin menguat setelah berkas-berkas rahasia CIA dideklasifikasi alias bisa diakses oleh publik.
Berikut ini kisahnya.
Pada 11 September 1973, militer Chile menggulingkan pemerintahan Cili yang dipimpin Presiden Salvador Allende melalui kudeta, di mana Istana Kepresidenan La Moneda dan Allende memutuskan bunuh diri.
Sebuah junta dibentuk setelah kudeta beranggotakan Augusto Jose Ramon Pinochet Ugarte dari Angkatan Darat, Admiral Jose Toribio Merino dari Angkatan Laut.
Kemudian Jenderal Udara Gustavo Leigh mewakili Angkatan Udara, serta Jenderal Cesar Mendoza yang berasal dari Carabineros atau kepolisian.
Junta militer bertindak sebagai lembaga eksekutif dan legislatif, di mana mereka menangguhkan Kongres, konstitusi, dan memberlakukan pengawasan ketat.
Pemerintahan itu melarang segala bentuk partai politik dan menghentikan semua kegiatan politik yang mereka anggap sebagai subversif.
Junta militer memegang kekuasaan eksekutif hingga 17 Desember 1974, di mana setelah itu mereka menjadi badan legislatif, dengan kekuasaan eksekutif diserahkan kepada Pinochet.
Selama masa pemerintahannya, dia melakukan tindakan represif kepada lawan politik maupun memperkenalkan Dewan Keamanan Nasional yang kontroversial (COSENA).
Kemudian melalui konstitusi baru, dia memperkenalkan jabatan presiden selama delapan tahun dengan pemilihan dijadwalkan pada 1988.
Dalam pemilihan tersebut, Pinochet menerima penolakan sebesar 55 persen. Meski begitu dia tetap berkuasa hingga 1990.
Kemudian di sektor ekonomi, kebijakan pasar bebasnya sempat membuat angka inflasi rendah dan ekonomi Chile mengalami peningkatan antara 1976 hingga 1979.
Setelah itu, Chile sempat mengalami resesi pada 1980 sampai 1983 yang membuat sekitar 44 persen keluarga hidup di bawah garis kemiskinan.
Rezim militer 1973-1990 pimpinan Pinochet pada akhirnyadinyatakan bersalahatas tewas atau hilangnya 3.000 orang.
Sekitar 560 anggota militer dan polisi telah diadili karena kejahatan itu, tapi Pinochet sendiri lolos dari hukuman ketika ia meninggal tahun 2006.
Rezim yang keji dan sangat tidak demokratis bukan?
Namun, siapa sangka bahwa rezim ini ternyata lahir berkat campur tangan dari lembaga intelijen yang sangat mengagungkan demokrasi.
CIA menyusun rencana kudeta setelahpemerintahan Cili yang dipimpin Presiden Salvador Allende, yang terpilih secara demokratis, menjalankan program nasionalisasi perbankan, pertambangan, dan berbagai indistri di Chile.
Kebijakan ini, seperti terjadi di Venezuela sejak beberapa tahun lalu, membuat kepentingan perusahaan-perusahaan AS di negara tersebut terganggu.
Melalui dokumen-dokumen pemerintahan AS yang dideklasifikasi pada 2001, terungkap bahwaEdward Korry, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Chili antara tahun 1967 dan 1971 telah menjadi 'kompor' atas tindakan CIA.
Beberapa dokumen dalam bentuk surat-surat Korry menunujukkan bagaimana dia menyebut kebijakanAllende sebagai teror bahkan sang duta besar menyebutAllende sebagai "setan".
CIA kemudian menyusun sebuah rencana yang kemudian diberi nama sandi "Operation Jakarta".
Pemilihan nama sandi ini digunakan sebab pola penggulingan pemerintahan yang dilakukan di Chile mirip atau bahkan disebut-sebut meniru "kesuksesan" penggulingan Soekarno dan naiknya Soeharto di Indonesia melalui peristiwa G30S.
Pihak militer, denganPinochet sebagai pemimpinnya, juga dijejali dengan selebaran berjudul "Djakarta Se Acerca" (Djakarta sudah dekat).
Kata sandi ini membuat pihak militer sepakat untuk melakukan kudeta karena mereka takut akan ada pembunuhan para pejabat tinggi militer Chile.
Memang mirip dengan Indonesia bukan?