Advertorial

Muncul Kasus Baru Covid-19, Beijing Kembali Terapkan Lockdown di Sebagian Wilayah, Pasar Basah Lagi-lagi 'Diseret' dalam Kekhawatiran Gelombang Kedua Corona

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - China menjadi negara pertama tempat kasus virus corona ditemukan, sebelum kemudian menyebar ke berbagai negara dan menjadi pandemi.

Seiring berbagai negara di seluruh dunia menghadapi ancaman virus corona, China tampak pulih dari pandemi.

Bahkan, kini negara ini tidak masuk dalam jajaran negara paling parah terdampak Covid-19.

Sementara berdasarkan data hingga 12 Juni 2020 lalu, negara dengan kasus Covid-19 terbanyak diantaranya Amerika Serikat, Brasil, Rusia, India, dan Inggris.

Baca Juga: Dituduh Sebagai Biang Keladi Pandemi Covid-19, China Dituntut Membayar Rp 14.000 Triliun pada Amerika, Jika Tidak Membayar Inilah Konsekuensinya

Namun, baru-baru ini Beijing dikabarkan kembali menerapkan lockdown pada beberapa daerahnya.

Melansir Mirror.co.uk (13/6/2020), beberapa bagian Beijing telah kembali menerapkan lockdown karena kekhawatiran akan infeksi virus corona gelombang kedua.

Hal itu mengikuti dikonfirmasinya sebanyak 7 kasus baru, menurut Komisi Kesehatan Nasional setempat.

Mereka adalah kasus yang ditularkan secara lokal pertama di ibukota China dalam lebih dari 50 hari.

Baca Juga: Dari Dulu Selalu Kirim Tentara Ke Wilayah Perang, Amerika Kini Justru Bakal Tarik Pasukan Tentara Mereka, Mengapa?

Lagi-lagi kasus positif Covid-19 di China dikaitkan dengan pasar basah.

Setidaknya enam dari tujuh kasus yang dilaporlam dikaitkan dengan pasar daging Xinfadi.

Akibat munculnya kembali kasus Covid-19, distrik Fengtai kini diterapkan lockdown dengan penduduk dilarang meninggalkan rumah mereka di 11 perkebunan.

Sementara itu, pasar yang memiliki 4.000 penyewa akan didesinfeksi setelah pekerja di sana dinyatakan positif.

Baca Juga: Kebrutalan Jennifer Pan, 'Anak Emas' yang Habisi Nyawa Orangtuanya Secara Sadis Karena Muak Selalu Dituntut untuk Berprestasi hingga Depresi

Menurut laporan media China, ua dari orang pertama yang terinfeksi tersebut sebelumnya telah pergi ke pasar, dan yang ketiga bekerja dengan salah satu dari mereka di sebuah lembaga penelitian daging.

Aktivitas mengunjungi pasar basah juga dilakukan pasien lainnya, sehingga pasar makanan laut tersebut pun didesinfeksi dan dilakukan pengumpulan sampel.

Chu Junwei, seorang pejabat distrik Fengtai Beijing, mengatakan distrik itu dalam 'mode darurat masa perang'.

Junwei menambahkan bahwa tes swab dilakukan pada 45 orang, sementara 517 orang yang dites di pasar grosir Xinfadi telah dites positif untuk Covid-19.

Baca Juga: 9 Manfaat Daun Saga yang Tidak Anda Ketahui, Yuk Cari Tahu Apa Saja?

Akibat hal tersebut, rencana pembukaan kembali untuk kelompok tertentu untuk mulai ke sekolah dan pembibitan sekarang ditunda.

Acara olahraga pun ditunda atau dibatalkan lagi dan polisi militer dikirim ke distrik Fengtai untuk melakukan penutupan.

Pihak berwenang Beijing mengatakan lebih dari 10.000 orang di pasar akan melakukan tes asam nukleat untuk mendeteksi infeksi coronavirus.

China selalu bersikeras bahwa wabah itu bermula di pasar basah di Wuhan, tempat hewan hidup dijual.

Baca Juga: 5 Smartphone Dengan Layar AMOLED Terbaik Mulai Harga Rp 3 Jutaan

Otoritas kesehatan di Beijing percaya virus itu berasal dari binatang di pasar Huanan, Wuhan.

Pasar ditutup oleh para pejabat sehari setelah Organisasi Kesehatan Dunia diberitahu pada bulan Desember.

Tetapi penelitian lain telah menyarankan wabah koronavirus Wuhan mungkin telah dimulai pada bulan Oktober, dua bulan lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Gambar satelit menunjukkan tempat parkir rumah sakit Wuhan jauh lebih sibuk pada Oktober tahun lalu dibandingkan pada bulan yang sama pada 2018.

Baca Juga: Padahal Sudah Layani 140 Pelanggan, 2 Tukang Cukur di Salon Ini Positif Covid-19, Kini Begini NasibSeluruh Pelanggan Mereka Sekarang

Sebuah analisis terhadap raksasa internet Tiongkok Baidu juga mengungkapkan lonjakan pencarian 'batuk' dan 'diare' pada Oktober tahun lalu.

Para peneliti sekarang percaya wabah itu dimulai jauh lebih awal dari 31 Desember, ketika China pertama kali melaporkannya sebagai Organisasi Kesehatan Dunia.

Temuan Harvard Medical School datang setelah Presiden AS Donald Trump mengklaim China telah menahan informasi tentang virus tersebut.

Studi dari Harvard Medical School menunjukkan, SARS-CoV-2 kemungkinan menyebar di China sejak Agustus 2019.

Baca Juga: Kenali dan Waspadai 10 Efek Samping Biji Ketumbar Tidak Terduga Ini

Artikel Terkait