Advertorial
Intisari-Online.com - Selama ini, Bill Gates dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Bahkan selama bertahun-tahun, posisinya sebagai orang terkaya di dunia tidak pernah turun.
Namun ketika pandemi virus corona (Covid-19) menyebar,Bill Gates mendapat tudingan.
Disebut-sebut dialah yang beradadi balikpandemivirus corona ini.
Mengutip pemberitaanBBC pada Jumat (5/6/2020), menurut sebuah studi oleh The New York Times dan Zignal Labs, teori-teori yang menghubungkan Bill Gates dengan virus corona disebutkan sebanyak 1,2 juta kali di televisi atau media sosial antara Februari dan April 2020.
Hal itu dilatarbelakangi oleh sebuah pidatonya pada 2015 silam yang memperingatkan adanya virus di masa depan.
"Jika ada yang membunuh lebih dari 10 juta orang selama beberapa dekade ke depan, itu kemungkinan merupakan virus yang sangat menular daripada perang," kata dia kepada audiens.
Dari pidato itu, muncul tudingan teori konspirasi.
Beberapa menuduhnya sebagai pemimpin kelas elit global, sementara yang lain percaya bahwa dia memimpin upaya untuk mengurangi populasi dunia.
Lantas, mengapa Bill Gates yang menjadi sasaran di balik tudingan teori konspirasi virus corona?
Masih melansir BBC,ilmuwan politik di University of Miami dan penulis buku tentang teori konspirasi, Profesor Joseph Uscinski percaya bahwa semua itu karena Bill adalah orang kaya dan terkenal.
"Teori konspirasi adalah tentang menuduh orang-orang kuat melakukan hal-hal buruk."
"Teori-teori itu pada dasarnya sama, hanya namanya saja yang berubah," kata Joseph.
"Sebelum Bill Gates, ada George Soros dan keluarga Koch bersaudara, keluarga Rothchild, dan Rockefeller yang bernasib sama," lanjut dia."
Menurut Joseph, tuduhan orang kaya dan perusahaan besar yang bersekongkol untuk membuat sebuah bencana atau petaka seharusnya tidak mengejutkan.
Pasalnya, hal itu telah menjadi amunisi teori konspirasi sejak lama.
Meski demikian, ia berpikir bahwa teori konspirasi semacam itu tak bisa menghapuskan fakta bahwa banyak orang masih menyukai mereka.
Menurut survei dari Yahoo News dan YouGov, lebih dari seperempat orang Amerika dan 44 persen dari Partai Republik percaya bahwa Bill Gates ingin menggunakan vaksin Covid-19 untuk menanamkan microchip di bawah kulit manusia.
Pemeriksa fakta di First Draft, Rory Smith mengatakan, sering kali ada kebenaran yang kemudian dikaitkan dengan berkembangnya teori itu, meski dengan konteks berbeda.
Misalnya, Yayasan Bill dan Melinda Gates mendanai studi yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun lalu dan melihat kemungkinan menyimpan riwayat vaksinasi pasien dalam pola pewarna.
Hal itu tidak terlihat secara kasat mata dan bisa diberikan di bawah kulit bersamaan dengan vaksin.
Menurut Smith, sulit untuk memastikan akar dari teori konspirasi.
Akan tetapi, ia memperkirakan bahwa internet membuatnya menyebar lebih jauh.
"Sebelum internet, mereka mandiri dan hanya ada di lingkungan atau komunitas mereka sendiri."
"Tetapi internet memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan melintasi garis politik, antara komunitas."
"Jadi saya pikir, ada jauh lebih banyak ruang lingkup teori konspirasi daripada sebelum internet," jelas dia.
Smith menerangkan, teori konspirasi telah berkembang selama pandemi virus corona ini karena banyak orang rentan secara psikologis.
"Krisis ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ada area besar ketidakpastian dan manusia membenci ketidakpastian," kata Smith.
Bill Gates pun mengaku terkejut ketika tahu bahwa dirinya telah dituding menjadi tokoh dari teori-teori semacam itu.
"Sangat merepotkan bahwa ada begitu banyak kegilaan."
"Ketika kami mengembangkan vaksin, kami menginginkan 80 persen dari populasi untuk mendapatkannya," kata Bill.
"Saya agak terkejut beberapa teori tentang saya."
"Kami hanya memberikan uang, kami menulis cek, dan ya kami berpikir tentang mari melindungi anak-anak dari penyakit."
"Tetapi tidak ada hubungannya dengan hal-hal semacam itu. Anda kadang harus tertawa," lanjut dia.
(Ahmad Naufal Dzulfaroh)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Mengapa Bill Gates Sering Jadi Sasaran Tudingan Teori Konspirasi Virus Corona?")