Advertorial

Miliki Minyak dan Gas yang Tersembunyi di Bawah Gurun yang Luas, Negara Ini Mungkin Akan Jadi Suriah Kedua yang Hancur Berkeping-keping, Ini Alasannya

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Anda masih ingat tentunya bahwa Suriah kini menjadi daerah konflik.

Dan sepertinya Libya akan berisiko berakhir seperti Suriah.

Alasannya karena tidak ada yang menjamin negara ini tidak akan hancur setelahperang saudara dan intervensi asing.

Apalagi semenjak Kolonel Muammar Gaddafi meninggal dunia pada tahun 2011.

Baca Juga: China Selalu Tolak Tudingan, Tapi Para Ilmuwan Punya Bukti Kuat Bahwa Virus Corona Memang Dibuat di Laboratorium, 'Ini Buktinya Sehingga Dia Sangat Menular'

Dilansir dari BBC pada Senin (1/6/2020), sejak tahun lalu Jenderal Khalifa Haftar, orang terkuat di Libya timur, telah berusaha untuk merebut ibu kota, Tripoli.

Apalagi pasukan Jenderal Haftar didukung olehpasukan beberapa ribu tentara bayaran Rusia.

Di lain puhak, ada intervensi oleh Turki dalam mendukung pemerintah Tripoli, yang diakui oleh PBB.

Libya negara yang kaya raya

Warga sipil Libya tentu mengharapkan perdamaian yang mereka inginkan di negara mereka.

Baca Juga: Kisah Anak-anak Pengungsi Suriah yang Dipaksa Menikah di Lebanon, 'Aku 13 Tahun Tapi Suamiku 28 Tahun'

Apalagi faktanya negara mereka dikenal kaya raya karenaminyak dan gasdi bawah gurun Libya yang luas.

Tak heran, mereka memimpikandapat menjamin hak-hak mereka sepertipendidikan, pelayanan kesehatan, dan standar hidup yang layak.

Namun sayangnya mereka tidak memiliki keamanan.

Selama karantina mencegah penyebaran virus corona, warga menyaksikan beberapa orang kehilangan tempat tinggal karenamenjadi sasaran artileri, drone, atau pesawat tempur.

Bahkan perang telah menghancurkan sebagian besar klinik dan rumah sakit Libya.

Sekitar 200.000 warga sipil di Libya barat telah terlantar karena kehilangan rumah mereka, menurut Hanan Saleh dari Human Rights Watch.

Dulu masa depan Libya tampak sangat cerah

Sebelum Kolonel Muammar Gaddafidigulingkan pada tahun 2011, masa depan warga Libya sangat cerah.

Di mana Kolonel Gaddafi selalu berusaha menghancurkan merekayang berpotensi merusak negara dan menjadi kejahatan perang.

Namun kini Libya nampaknya akan sepertiseperti Suriah atau Irak.

Baca Juga: Baru 3 Hari Sekolah Dibuka Kembali, Langsung Muncul 176 Kasus Positif Virus Corona, Pemerintah Negara Ini Pun Tutup Ratusan Sekolah Lagi Selama 2 Minggu ke Depan

Apalagi setelah sang kolonel, putra-putranya, danseluruhkeluarganya pergi, tidak ada lagi keadaan yang baik.

Tidak butuh waktu lama bagi Libya untuk hancur berkeping-keping.

Siapa yang mengendalikan Libya?

Anda perlu tahu, mereka yang mendukung Perdana Menteri Fayez al-Sarraj adalahTurki, Qatar, dan Italia.

Sementara mereka yang mendukung Gen Khalifa Haftar adalah Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Rusia, dan Prancis.

Jika sudah seperti ini, sudah pasti bahwa kekuatan asing akan terlibat dalam perang saudara di Libya,

Hadiahnya?

Tentu saja Libua yang memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di Afrika.

Secara strategis, Libya berseberangan dengan Eropa dan hidrokarbonnya dapat diekspor langsung ke pasar di barat melalui Mediterania.

Produsen saingan di Teluk perlu mengirimkan ekspor mereka melalui jalur laut yang berpotensi berbahaya.

Hal yang paling mengkhawatirkan adalah Presiden Rusia Vladimir Putih dan Presiden TukriRecep Tayyip Erdogan mungkin bisa mengubah Libya menjadi Suriah kedua.

Baca Juga: Akibat 'Kekurangan Wanita', Wanita-wanita di Negara Ini Dipaksa untuk Menikahi Banyak Pria, Jika Menolak Mereka Akan Diusir Bahkan Dibakar

Artikel Terkait